Pages

Monday, January 30, 2012

#MariBaca!

#MariBaca!

Tagar itu akhir-akhir ini selalu aku temui setiap harinya :) terlebih setelah mengikuti #15HariNgeblogFF. Yap... tagar yang dipopulerkan oleh @momo_DM dan @WangiMS. Senang rasanya punya banyak bacaan, gratis pula hehehehe ^^

Kebiasaan untuk bertandang ke blog sahabat, dan menjadi silent reader masih selalu aku lakuin sekarang. Ya walau memang akibatnya adalah blogku sendiri sepi komentar hihihi, tapi tak apalah :) tunggu saatnya nanti *yang entah kapan, tsah!* aku akan penuh-penuhin kolom komentar pada sahabat nara blog. :D

Membaca memang menjadi salah satu hobi, dan akhir-akhir ini juga suka sedikit mereview buku yang aku baca. Dari situ aku akhirnya membangun blog khusus untuk bacaanku. Dan dengan adanya blog itu, akhirnya aku bisa bergabung dalam komunitas Blogger Buku Indonesia (BBI).

Gabung dalam komunitas itu, seru. Walau kadang sedikit minder karena anggota aktif disana kebanyakan penikmat novel terjemahan, sedang aku masih kurang suka demennya sama novel anak negeri itupun yang genrenya Metropop, juga yang terbitan GagasMedia ^^

Nah, kemarin ini aku dapat satu buku menarik dari penerbit yang mau membagikan beberapa bukunya untuk kita baca dan review. Untungnya aku kebagian hehehe, kapan lagi dapet buku gretongan kaaaan :p

Ini bukunya :

Masih dalam proses membaca, dan menariiik ^^

Oia, ntar juga mau ada kiriman dari mba' Diana Wardani yang sudah nerbitkan buku melalui layanan nulisbuku.com. Ntar dech fotonya, bukunya belum sampai. Nanti pasti aku review juga ^^/

Jadi #MariMembaca ^^

Sunday, January 29, 2012

Dia sakit.

Pernah denger kan, kalo seorang ibu' bilang : "Mending aku dech yang ngerasain sakitnya, jangan sampe anakku." Dan itu memang nggak main-main, liat anak sakit itu rasanya sediiiiiih banget. Berasa jadi orang nggak guna, karena nggak tau musti ngapain.

Baby Zi, alhamdulillah belum pernah sakit yang bisa dikategorikan parah, dan jangan sampe dech ya. Tapi kalo panas, yang kata dokter itu wajar, pasti pernah. Pertama baby Zi nggak enak badan itu setelah dia di imunisasi DTP 1, usianya baru 2 bulan. Tapi waktu itu aku nggak seberapa khawatir, karena panas badannya nggak terlalu tinggi, dan begitu diminumin ASI langsung turun panasnya. Jadi puyer penurun panasnya nggak sampe di kasihkan.

Nah, kemaren... waktu selesai imunisasi DTP 2, malamnya badan Baby Zi lumayan anget dan dia jadi sedikit rewel. Sehari setelah imunisasi badannya lumayan panas, aku ukur sampe 38.2derajar >,< udah mau aku kasih aja itu puyer penurun panas, tp akhirnya aku coba dulu kasih minum ASI. Walau badan agak panas tapi baby Zi malah nggak serewel waktu malam, dia masih lincah aja gitu gerakannya juga ngocehnya. Jadilah puyer nggak jadi aku kasih, cuman sekarang pake acara dikompers. Tapi pagi itu sempet nggak mandi, cuman aku seka aja >,<

Dia mulai rewel waktu mau tidur siang. Minta digendong. Kalau biasanya aku nggak mau gendong dia, paling cuman aku pangku aja sampe dia lier-lier terus aku taruh di puk puk bentar. Tapi karena badannya agak panas, aku gendong. Dan tau nggak yang bikin aku pengen nangis adalah saat digendongan dia ngerengek... kaya' nahan sakit gitu >,< duuuuuuuh nggak tega beneran. Jadinya aku gendong dia sampe tidur pulessss baru aku taruh.

Waktu agak sore, setelah konsul dokter akhirnya baby Zi aku mandikan. Eh, ternyata setelah mandi badannya jadi lebih seger dan suhu badannya kembali normal. *alhamdulillah ^^*

Denger baby Zi ngerengek seperti nahan sakit gitu, duuuuuh rasanya gimana gituuuu. Sampe aku ajak ngomong "mananya nak yang sakit... kamu yang kuat ya... biar nantinya sehat terus. ada ibu' kok temenin kamu... jangan sedih ya..." duuuuh waktu ngomong gitu rasanya pengen nangiiiis terus >,<

Alhamdulillah baby Zi udah baik dan makin lincah aja sekarang. Miringnya makin pinter dan udah mulai belajar tengkurap sendiri :D Ngocehnya makin banyak udah nggak cuman aaaa eeee oooo ato aclaaaa aeeeeeng tapi udah bisa buuuuuuuuuuu :D berasa dipanggil ama baby Zi :))

Nggak berasa ya, sebentar lagi baby Zi udah mau 4 bulan. Liat besarnya baby Zi ada yg ngusulin udah mulai dikasih MPASI seperti pisang, tapi... tentu tidaaaak! Tunggu sampai dia usia 6 bulan bari dech dikasih MPASI. ASI eksklusif tetap harus sampe 6 bulan! Dan akan berlanjut sampe 2tahun. Semoga diberi kelancaran. amiiiiiin ^^

Saturday, January 28, 2012

Aku begitu mencintaimu.

Aku begitu mencintaimu.

Aku begitu mencintaimu.
Sejak awal perkenalan kita, bahkan sebelum kita bersua.
Konyol? Entahlah, tapi saat itu aku yakin... yang kurasa adalah cinta.


Aku begitu mencintaimu.
Sekarang. Tidak percaya?
Terserah!

Karena hanya aku yang bisa merasakan rindu ini.
Hanya aku yang merasakan seakan ada gelitik halus kupu-kupu diperut,
Ketika bayangmu begitu saja hadir, terkadang tanpa diundang.


Aku begitu mencintaimu.
Nanti. Semoga saja!
Semoga? Ya, karena aku tak tahu apakah aku akan mampu terus mencintaimu.
Sedang aku tahu kamu sekarang sedang bercinta, entah dengan siapa.


Aku begitu mencintaimu.
Tak peduli orang berkata, aku akan gila jika terus mencintaimu.
Tapi mungkin mereka tak tahu, bahwa justru ketika aku menolak mencintaimu
Saat itu mungkin aku sudah gila.

Aku bukan penganut, cinta tak harus memiliki.
Cinta harus memiliki kataku! Walau kemudian aku seakan disodori cermin yang membuatku melihat bahwa cintaku padamu, tidak bisa membuatku memilikimu.
Tapi, aku tetap memilih mencintaimu. Saat ini, entah nanti.


Surat itu dimasukkannya ke dalam amplop. Surat yang akan diberikan pada kekasihnya, sore nanti, dipertemuan terakhir mereka. Bersama sebotol arsenik yang akan dituangkan dalam minuman kekasihnya itu. Ia memutuskan untuk mulai menolak cinta yang tetap bersemayam dalam hatinya, walau artinya ia harus gila dengan melakukan sesuatu hingga tak ada seorangpun yang memiliki kekasihnya itu. Tidak dia, ataupun jodoh yang dipilihkan orang tua kekasihnya.

Friday, January 27, 2012

#15HariNgeblogFF Request Yumin ^^

Soto Koya

“Kamu mau makan apa?” Tanyaku sambil membelai rambutmu.

“Soto koya, boleh?” Jawabmu, sambil memberikan tatapan penuh harap.

Sejenak aku diam, dan kamu masih menatapku, tetap dengan mata yang seakan dapat menghipnotisku untuk menuruti semua keinginanmu. Kamu memang begitu senang dengan makanan satu itu.

Sesaat kemudian sambil mengerlingkan mata, aku mengangguk. Kamu langsung memelukku dan memberikan ciuman padaku.

Soto koya, salah satu masakan yang menjadi andalanku. Dulu, aku sangat jarang memasak, terlebih masakan yang menurutku ribet. Contohnya, ya itu… soto koya. Tapi hanya karena seorang yang aku cintai begitu menyukai masakan itu akhirnya aku belajar untuk membuatnya. Ada debar tak sabar menunggu komentar darinya saat akhirnya ia mencicipi masakanku. Begitu ia bilang enak, ah… rasanya aku sudah resmi saja dikatakan sebagai koki handal.

Ah, slide demi slide masa lalu itu kembali membayang. Gegara soto koya, yang ternyata juga merupakan kesukaanmu. Sebenarnya aku tak kaget jika kamu begitu menyukainya, walau kamu baru merasakannya pertama kali saat aku memasakkannya untukmu sekitar 3 bulan lalu. Sejak pertama kali kamu mencobanya, kamu langsung mencanangkan bahwa soto koya adalah makanan favoritmu.

Walau mungkin kamu tak tahu bahwa ketika kamu meminta aku memasak soto koya itu, kamu sama saja memintaku untuk mengenang segala masa laluku. Masa lalu yang entah mengapa tak bisa aku kubur sampai saat ini. Kenangan yang sampai sekarang masih memberikan efek perih ketika ia bayangnya mengintip.

Setelah sekitar satu jam, akhirnya soto koya siap untuk ku hidangkan.

“Makan yuk.” Ajakku, saat kamu masih asyik nonton TV.

“Soto koya?” Tanyamu, seakan memastikan bahwa aku benar-benar menuruti permintaanmu.

“Iyaaaa…” Kataku sambil mengacak-acak rambutmu. Dan kamu cuman tertawa riang.

“Enak?” Tanyaku setelah beberapa suapan kamu nikmati dengan sangat lahap, dan kamu menanggapinya dengan acungan jempol.

“Kalau gitu makan yang banyak ya Nak, biar cepat sembuh.”

Aku memang tak heran jika kamu begitu menyukai soto koya, sama seperti ayahmu. Sayangnya kamu tak bisa menikmati soto koya bersamanya. Karena bahkan hadirmu saja ia tak pernah tahu, dan aku, ibumu terlalu terluka untuk memberitahukan padanya tentangmu. Terluka karena ia lebih memilih gadis yang telah dijodohkan oleh orang tuanya, tanpa memperjuangkan cintanya sedikitmu. Hingga aku merasa ia tak pernah mencintaiku, jadi untuk apa aku memperkenalkanmu padanya.

Aku hanya bisa tersenyum melihatmu begitu lahap menghabiskan soto koya itu, dan sedikit menahan luka.

*menerima kritik dan saran*

Jumlah kata : 370 Kata ^^ 

#15HariNgeblogFF

Kemarin adalah hari terakhir seseruan bareng banyak blogger dalam seseruan menulis flash fiction yang di gagas oleh Yumin @WangiMS dan Masmin @momo_DM :(

Aaaaah... sedih memang, kenapa mesti berakhir?? #bahasanyeeeee

Pas hari terakhir gitu sih rasanya, beda ama awal-awal ikutan... yang pasti begitu dapet lemparan judul dari Yumin dan Masmin komentar yang paling sering adalah Aiiiiiiih!!! Judul apa iniiiiiiih??? #sambil jambak-jambak rambut #rambut tetangga :))

Tapi ya itulah #15HariNgeblogFF walau dari judul yang dilempar aja bisa buat galauuuuuuu tapi komitmen untuk ikutan menulis selama 15 hari buat jadi semangat buat muter otak dan mantengin laptop supaya tulisan selesai setidaknya sebelum jam 22.00 tiap harinya.

Banyak hal seru selama mengikuti #15HariNgeblogFF, salah satunya adalah tiap hari begitu bangun pagi *setelah ciumcium si krucil* yang dipegang selanjutnya adalah HP akses paling cepat untuk buka twitter dan menangkap lemparan judul dari Yumin dan Masmin :)

Nah, pas mendekati hari-hari terakhir... tetiba kalo malem nih si krucil suka banget begadang :s Yak, jadinya yang biasanya si krucil malam bangun cuman buat minum susu, nggak tau kenapa waktu hari-hari terakhir si krucil begadang aja gitu dari jam 11 sampe kurang lebih jam 2an. Alhasil, begitu Yumin dan Masmin lempar judul, bisa langsung nangkep judulnya. Bahkan bukan cuman nangkep judulnya aja tapi ada beberapa tulisan udah di setor linknya bahkan sebelum jam 3 pagi -_-" Jadi nulisnya ditemenin si krucil yang lagi seneng ngoceh :))

Ide dari Yumin dan Masmin ini briliant!! Pahala buat mereka berdua pasti banyaaaaaaak dech. Nggak bayangin dech misal dapet tugas jadi mereka, ngeRT sekian banyak tulisan, belum lagi ngomentarin tulisan-tulisan itu. Dan hari pertama dan kedua, mereka looooh yang ngumpulin semua FF yang tersebar di puluhan blog dalam satu postingan dan langsung di link.

Berkat #15HariNgeblogFF ini, hal lain yang di dapat adalah dapet temen-temen baru dengan ide-ide yang hebat. Juga akhirnya seperti dapat meyakinkan diri, bahwa ternyata bisa toh menulis dalam jangka waktu yang bisa di bilang singkat, ternyata banyak toh ide yang menari-menari dalam benak. Jadi dengan #15HariNgeblogFF ini nunjukin bahwa yang dibutuhkan adalah komitmen dan kemauan, maka semua pasti bisa dilakukan.

Yang paling gressss adalah dapet ide untuk buat buku sendiri yang isinya kumpulan FF. Yup! Dan itu sedang dalam proses :)

So, terima kasih banyak Yumin dan Masmin. Juga semua peserta #15HariNgeblogFF, kalian semua hebaaaaat!!!! :)

with love,

Inge ^^

Thursday, January 26, 2012

#15HariNgeblogFF Day15b


Menikahlah Denganku


Sore itu kita berdua berjalan di tepian pantai. Semburat senja yang ada dibatas cakrawala membuat sore ini tampak begitu indah, terlebih dengan adanya dirimu di sampingku. Kadang aku ingin menghentikan waktu disaat-saat seperti ini.

“Menikahlah denganku.” Ucapmu tiba-tiba.

Dan aku hanya tersenyum menanggapinya.

“Kok cuman senyum aja?” Kamu menghentikan langkah tepat dihadapanku. Aku dapat melihat senyummu dibalik silau kilau cahaya mentari yang mulai beranjak pergi.

Bagaimana aku bisa menolak sesosok tubuh tegap dengan mata elang dan senyuman yang menawan sepertimu. Belum lagi segala bentuk perhatian yang kamu berikan, juga celotehmu yang kadang tanpa kamu sadari sudah memberikan warna tersendiri untuk hariku.

Pertanyaanmu itu membuat semua tampak sempurna, kemilau senja walau akhirnya hanya membuatku melihat siluet wajahmu tapi tetap ada rasa hangat aku rasakan.

Tapi lidahku terasa kelu, saat akan menjawab pertanyaanmu itu.

“Menikahlah denganku.” Kamu mengulangi permintaanmu itu.

“Apakah kamu mencintaiku?” Ah, bodohnya aku bukannya langsung menjawab malah kembali mempertanyakan cintamu.

“Ya, tentu saja aku mencintaimu. Kalau aku tidak mencintaimu, untuk apa aku memintamu untuk menikah denganku.”

“Diplomatis.” Ujarku sambil menahan tawa. Dan sebelum kamu sempat protes, aku kembali mengajukan pertanyaan padamu. “Apa alasan kamu mencintaiku?”

“Aku mencintaimu karena…” Sejenak kamu terdiam, seolah mencari kata yang tepat untuk menggambarkan perasaanmu. “Aku mencintaimu karena… entahlah, aku tak tahu. Yang aku tahu, aku hanya mencintaimu, dan karena itu aku memintamu menjadi istriku.”

Aku hanya tersenyum mendengarkan penjelasanmu. Satu jawaban yang dulu pernah aku ungkapkan, bahwa mencintai seseorang itu terkadang tak membutuhkan alasan. Karena secara logika, jika kita mencintai seseorang dengan alasan tertentu, maka ketika alasan itu hilang bisa diartikan hilang juga rasa cinta yang kita miliki.

Kamu masih menatapku, seakan menunggu jawaban dariku.

Akhirnya sekali lagi kamu berkata, “Menikahlah denganku.”

Kini aku berusaha menjawab ajakanmu itu, walau dengan sedikit terbata. “Aku mau menikah denganmu. Menjalani hari demi hari bersamamu, saling menyempurnakan.”

Kamu tersenyum mendengarnya, dan dengan senyum itu kamu tampak semakin tampan. Tanpa sadar air mataku luruh. Aku berusaha menghapusnya sebelum kamu sempat melihatnya. Aku menangis, dalam bingkai bayangku apa yang kita bicarakan tadi bukan hanya sekedar sandiwara, dimana kamu sedang melatih diri untuk melamar kekasihmu. Karena tak tahukah kamu, aku ingin sekali mendengar ajakanmu itu benar-benar tertuju padaku. Seseorang yang hanya kamu anggap sebagai sahabat.

*menerima kritik dan saran*

jumlah kata : 364 Kata ^^  

#15HariNgeblogFF Day15a


SAH!

Sejak membuka mataku pagi tadi, aku sangat gelisah menyambut hari ini. Hari ini, aku akan menjalankan satu rencana besar dalam perjalanan hidupku. Segala persiapan sudah tampak rapi, siap untuk dijalankan.

Suasana rumah begitu riuh, tapi entah mengapa aku merasa sendiri dan menikmati debar jantungku yang terus berpacu seiring dengan berjalannya waktu. Semua orang tampak sibuk, seakan tak mempedulikan aku. Tapi tak apa, karena memang itu yang aku butuhkan sekarang. Suasana riuh di luar sana begitu berbeda saat aku masuk ke dalam kamar. Tercium aroma wangi dan ketenangan.

Aku menantimu. Suara riuh itu perlahan mulai terhenti, semua menjadi tenang. Tapi tidak dengan jantungku, ketenangan itu membuatku seakan bisa mendengar debarnya secara langsung. Aku ingin berada di sampingmu, tapi itu tak mungkin.

Aku hanya mengintip dari balik tirai, dan aku melihatmu. Kamu berjalan tenang, menuju tempat yang sudah disediakan. Walau tampak begitu tenang tapi aku tahu ada sedikit gelisah mengelayuti hatimu, karena tak ada senyuman yang menghiasi wajahmu. Kamu tampak tampan dan gagah dalam balutan jas hitammu itu. Kamu duduk bersila, tetap tampak begitu tenang, beberapa kali kudapati dirimu sedang komat kamit, layaknya merapalkan mantra. Aku hanya bisa tersenyum mendapati polahmu itu.

Dari balik tirai aku mengikuti semua prosesi yang dijalankan, seakan memastikan semua berjalan lancar. Urut-urutan acara terasa begitu lama bagiku, hingga akhirnya terdengar satu orang berkata “SAH!” dan kemudian diikuti beberapa orang mengucapkan kata yang sama. Sejenak kemudian suasana kembali sedikit riuh hingga akhirnya tenang kembali. Senyuman demi senyuman hadir di wajah-wajah mereka yang sebelumnya tampak begitu tegang, begitu juga di wajahmu.

Aku melihat senyum sumringah di wajahmu, senyum yang selalu mampu membuatku tenang. Itupun yang terjadi saat ini, walau masih ada debar kecil yang tersisa tapi senyummu mampu meredamnya.

Setelah prosesi demi prosesi setelah ijab kabul itu selesai dilaksanakan, kini tiba waktumu untuk masuk ke dalam kamar, menjemput mempelai wanitamu. Tapi sebenarnya aku ingin membisikkan padamu, selamat atas pernikahanmu, kini kamu sah menjadi seorang suami dan juga menjadi seorang duda.

Aku meninggalkan rumah itu. Hingga tak lama kemudian terdengar teriakan dari dalam rumah. Ah, sepertinya mereka telah menemukan mempelai wanita itu, istrimu, yang sudah terbujur kaku. Ya, karena aku telah menikamnya tepat di jantungnya, saat semua orang sibuk menyambut kedatanganmu tadi.

*menerima kritik dan saran*

jumlah kata : 362 Kata ^^  


#15HariNgeblogFF Day14

Ini Bukan Judul Terakhir

 

Tuesday, January 24, 2012

#15HariNgeblogFF Day13

Kalau Odol Lagi Jatuh Cinta


“Dasar odol!” Ujar Lea, sedikit meninggikan nada suaranya.

“Eh?” Reza yang duduk di sampingnya sedikit terkejut dengan ucapan Lea yang begitu tiba-tiba.

“Iya, kamu itu kaya’ odol!” Lea tak bisa menyembunyikan rasa kesalnya.

“Odol? Odol erm… pasta gigi?” Tanya Reza lagi, pura-pura tak mengerti ucapan Lea.

“Iiiiiih, oon deh!” Lea makin cemberut, tau bahwa Reza sedang menggodanya.

Reza hanya tersenyum melihat Lea semakin cemberut. Reza sangat senang menggoda Lea, sampai marah dan cemberut. Karena entah mengapa, Reza merasa Lea tampak begitu manis saat cemberut.

“Kok bisa odol?” Kembali Reza coba memancing Lea.

“Iyaaaaa, sifat protektifmu itu! Seperti odol!”

“Hahahahahaha, sejak kapan kamu bisa bermain perumpamaan seperti itu?”

Dan selanjutnya Lea hanya diam, masih cemberut. Ya, beginilah kalau odol sedang jatuh cinta. Kata Reza, dalam hati.

“Kalau aku jadi odol kamu jadi apanya?” Sambil menyipitkan matanya dan berusaha menyembunyikan senyumnya, kembali Reza menggoda Lea.

Lea pura-pura tak mendengar pertanyaan itu, dan Reza tahu itu. Hingga sedetik kemudian, belum sempat Lea menjawab pertanyaan itu ada SMS yang masuk ke ponsel Reza.

“Hei… aku pergi dulu ya…” Tiba-tiba Reza beranjak dari tempat duduknya, dan mengacak-acak rambut Lea.

“Iiiiiih…” Lea masih cemberut, tapi juga tak berusaha mencegah.

***

Malam ini, saat Reza yang sedang menyikat gigi, mau tak mau teringat kembali dengan percakapannya dengan Lea siang itu. Gelar sebagai odol yang tiba-tiba disematkan padanya, dan sekali lagi itu hanya bisa membuatnya tersenyum.

Siapa yang menginginkan orang yang di cintainya terluka, berusaha menghapus semua duka yang menggelayut juga memberikan rasa nyaman, itu yang ingin aku berikan. Gumam Reza.

Tapi, protektif? Sejenak Reza menghentikan kegiatannya menyikat gigi.

Benarkah aku terlalu protektif?

Segera Reza menyelesaikan kegiatannya, dan kemudian mengambil ponsel.

Say, menurutmu aku terlalu protektif? – Message Sent

Ia menunggu beberapa saat. Tak ada balasan. Ah, mungkin sudah tidur, pikirnya. Kembali ia mengirimkan satu pesan.

Kalau aku jadi odol, kamu jadi apanya? – Message Sent

Setelah ia mengirimkan pesan terakhir itu, kembali ia tersenyum dan kemudian beranjak menuju ranjangnya.

***

Kalau aku jadi odol, kamu jadi apanya? – Message Receive

Lea terdiam mendapati pesan dari Reza, sesaat setelah ia selesai menyikat gigi. Ah, masih masalah odol, pikirnya.

Sejenak Lea hanya duduk ditepian ranjangnya. Sesaat kemudian ia mematikan ponselnya dan beranjak masuk ke dalam selimut. Sebelum memejamkan matanya, ia memandang fotonya dengan Reza yang terpajang rapi di meja samping tempat tidur.

Ah, aku ingin menjawab pertanyaanmu itu.Mengertikah kamu bahwa aku bukan gigi dalam perumpamaanmu itu, karena aku hanya orang kedua dalam perjalan cintamu. Mungkin aku hanya seperti sikat gigi. Aku yang bagimu begitu tegar, membuatmu melihat kerapuhan dari kekasihmu dan ingin melindunginya. Bersamaku kamu seakan menemukan cara melindungi kekasihmu, tetapi tak sadarkah kamu, bahwa bersamaku kamu yang mungkin ingin melindungi kekasihmu itu juga akan menjadi orang yang paling menyakitinya.

*menerima kritik dan saran*

jumlah kata : 447 Kata ^^  

Monday, January 23, 2012

#15HariNgeblogFF Day12


Merindumu Itu Seru!


“Aku rindu...”

Aku hanya tersenyum mendengar ucapanmu itu, walau aku tahu kamu tak akan dapat melihat senyumku itu di seberang sana. Aku tahu, kamu tak memerlukan jawabanku.

“Kamu tak ingin menyusulku kemari?”

“Ah, andai aku bisa aku pasti sudah menyusulmu kesana.”

“Urusan pekerjaan ya, kenapa nggak ambil cuti saja?”

“Cuti?”

“Iya, cuti… temani aku di sini.”

“Kamu tahu kan bagaimana pekerjaanku.”

Sejenak kamu hanya diam, aku tahu kamu mengerti pekerjaanku. Tapi aku sangat mengenalmu, kamu akan terus mencoba membujukku, atau mengatakan sesuatu yang bisa membuatku merasa bersalah padamu.

“Ah, kamu lebih memilih menemani murid-muridmu daripada bermain kemari, menemaniku.”

Nah, benarkan. Aku tahu, itu salah satu jurusmu agar aku menuruti apa inginmu. Ah, aku sudah begitu mengenalmu.

“Hahahaha, bisa saja kamu ini.”

“Ayolah, aku kesepian di sini. Kalau ada kamu kan seru!”

Ya, akan sangat seru jika aku ada di sana, tapi…

“Sudah dulu ya, jam istirahat sudah hampir selesai.” Kataku akhirnya, mencoba mengakhiri perdebatan denganmu.

“Hmmm… save by the bell, eh? Tapi tetap  pertimbangkan permintaanku tadi. Ambillah cuti dan temani aku di sini.”

“Iya akan aku pertimbangkan, tapi tetap aku nggak bisa janji ya… Kamu pasti baik-baik aja di sana.”
“Okay, sekali lagi pertimbangkan.” Ah, kamu belum menyerah rupanya.

“Iyaaaa…”

“Okay, bye say…”

“Bye…”

Saat aku hendak meletakkan handphone disaku, tiba-tiba ada SMS masuk.

Nanti aku jemput. Aku rindu!

Aku nyaris terbahak, jika tak sadar sedang di mana aku sekarang. Dalam waktu kurang dari lima menit dua orang berkata satu kalimat yang sama, aku rindu!. Sambil menahan tawaku ku balas pesan yang barusan masuk.

Aku juga rindu, dan merindumu itu seru!

Sedetik kemudian, langsung ada balasan darimu.

Seru? Maksudmu?

“Hahaha…” akhirnya aku tak dapat menahan tawaku, walau kemudian harus segera kubekap mulutku sendiri. Aku tahu, kamu pasti penasaran dengan kalimatku itu, nanti saja ketika bertemu akan ku jelaskan padamu. Dan aku sangat ingin tahu bagaimana reaksimu jika tahu bahwa lima menit sebelum kamu mengirimkan SMS tadi, istrimu yang juga sahabatku mengatakan bahwa ia rindu padamu, dan memintaku menemaninya menghabiskan waktu di Singapura. Ya, istrimu memintaku untuk menjadi teman curhatnya, seperti biasanya. Teman curhat tentang bagaimana ia merindukanmu, lelaki yang juga ku rindukan.

Ya…, merindumu itu seru!

*menerima kritik dan saran*

jumlah kata : 356 Kata ^^