tag:blogger.com,1999:blog-24312967903708116142024-03-13T13:51:15.128+07:00dReaM b0x In tHe cYbeR wORLdSharing anything happen in my lifenon ingehttp://www.blogger.com/profile/00381695912059095609noreply@blogger.comBlogger510125tag:blogger.com,1999:blog-2431296790370811614.post-39395902790453246012023-11-04T13:10:00.002+07:002023-11-04T13:10:37.088+07:00Ngaca!<p> Ngaca!</p><div><br></div><div>Beberapa waktu lalu terjadi satu pembicaraan.</div><div>"Dokter A itu punya suami ya, tinggal di perumahan yang katanya termahal di Surabaya itu."<br>"Nah, wong model ngunu sing digoleki karo si D"</div><div>"Laaaaaah, de'e sopo? Iku sing tak omongno Dokter. Wong e puinter, dan semua keluarganya juga dokter. Terus wong e yo ayu. Dokter spesialis yo masio g rabi karo bojone iku yo wes sugih."</div><div>"Wkwkwkwkwkwk. Naaaaaaah."<span></span></div><a href="http://cyberdreambox.blogspot.com/2023/11/ngaca.html#more"></a>non ingehttp://www.blogger.com/profile/00381695912059095609noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2431296790370811614.post-12775895566619511342023-10-12T13:57:00.001+07:002023-11-04T13:11:47.464+07:00Kenangan<p>Sekarang udah tahun 2023, aku memiliki blog lain selain blog ini. noninge(dot)com. Blog ini tetap ada, yang awalnya sudah tidak berniat menulis lagi di blog ini tapi kemudian kok pingin lagiiii. Hehehe, sifat mbulet dari dulu tidak hilang juga rupanya ya.<span></span></p><a href="http://cyberdreambox.blogspot.com/2023/10/kenangan.html#more"></a>non ingehttp://www.blogger.com/profile/00381695912059095609noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2431296790370811614.post-2857439177660999712023-09-30T15:39:00.002+07:002023-11-04T13:12:27.691+07:00Bakti<p>Berbakti.</p><p>Entah apa yang menjadi tolak ukur kata itu.</p><p>Apakah wajib, berbakti kepada orang tua? </p><span></span><a href="http://cyberdreambox.blogspot.com/2023/09/bakti.html#more"></a>non ingehttp://www.blogger.com/profile/00381695912059095609noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2431296790370811614.post-45662326409662711122023-07-12T22:31:00.001+07:002023-07-12T22:31:06.974+07:00Hi <p>Coba buka blog ini lagi.</p><p>Banyak kenangan di sini.</p><p>Rindu, menuliskan segala apa yang ada di kepala tanpa memikirkan akan efek apa nantinya tercipta.</p><p><br /></p><p>Semakin lesini, entah mengapa sudah tak lagi mudah mencurahkan segala-gala secara spontan. :)</p>non ingehttp://www.blogger.com/profile/00381695912059095609noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2431296790370811614.post-72132052268008284792014-07-18T02:48:00.000+07:002014-07-18T02:48:05.694+07:00Kisah masa laluKembali menilik<br />
Kisah masa lalu<br />
Rasa mengelitik<br />
Sepertinya itu rindu<br />
<br />
Rangkaian kata<br />
Bukan tanpa makna<br />
Hanya ungkapan sebuah rasa<br />
Yang dulu pernah singgahnon ingehttp://www.blogger.com/profile/00381695912059095609noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2431296790370811614.post-23067857049594268912014-05-20T21:42:00.001+07:002014-05-22T11:30:55.184+07:00Rindu<p>Dulu...<br>
Banyak hal telah dilakukan<br>
Banyak kenangan telah diciptakan<br>
Ya... kenangan...</p>
<p>Kemudian,<br>
Waktu berjalan...<br>
Dan ternyata, semua tak lagi dapat terulang...<br>
Hanya dikenang...</p>
<p>Rinduuuuu...</p>
<p>;)</p>
non ingehttp://www.blogger.com/profile/00381695912059095609noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2431296790370811614.post-39676454660276780832014-05-20T21:26:00.001+07:002014-05-20T21:26:17.173+07:00Siapa mereka?<p>Akhir ini sepertinya semakin banyak orang pintar... Benar nggak?</p>
<p>Semakin banyak orang yang berani... semakin banyak orang yang terbuka...</p>
<p>Mereka, yang begitu pintar hingga akhirnya bisa membodoh-bodohkan orang lain...<br>
Mereka, yang begitu berani menyebut orang lain sebagai seorang pendosa...<br>
Mereka, yang begitu terbuka mengatakan semua yang ada dalam pikiran dan hatinya...</p>
<p>Hanya karena orang lain tak sejalan dengan pemikiran mereka...<br>
Hanya karena orang lain tak sejalan dengan keyakinan mereka...<br>
Hanya karena sekarang kebebasan itu seakan tak lagi ada batas... :(</p>
<p>Sesuatu yang berlebihan bukankah tidak baik?? </p>
non ingehttp://www.blogger.com/profile/00381695912059095609noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2431296790370811614.post-85821556475730325282014-05-20T00:35:00.003+07:002014-05-20T00:35:58.233+07:00JenuhJenuh, sepertinya itu yang sedang saya rasakan beberapa waktu terakhir ini.<br />
<br />
Salah, jika mengaitkan kejenuhan saya dengan kondisi rumah tangga. Justru merekalah, suami dan kedua anak saya menjadi penghiburan. Lalu jenuh karena apa?<br />
<br />
Jenuh dengan apa yang terjadi di sekeliling saya, mulai dari pemberitaan di TV yang rasanya itu itu saja hingga apa yang terjadi dalam lingkup keluarga. Mungkin ada yang kemudian mengusulkan, ya gak usah nonton TV, atau cuek aja...gak usah dipikirkan.<br />
<br />
Ah, sepertinya tidak semudah itu. Menutup diri dan menjadi tidak peduli.<br />
<br />
Bisakah?non ingehttp://www.blogger.com/profile/00381695912059095609noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-2431296790370811614.post-16484210564588845962014-04-11T21:59:00.002+07:002014-04-11T21:59:48.084+07:00Hadiah di awal April<div class="MsoNormal">
Alhamdulillah…</div>
<div class="MsoNormal">
Alhamdulillah…</div>
<div class="MsoNormal">
Alhamdulillah…</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Di awal bulan April ini mendapat rejeki berupa hijab karena
tulisan saya terpilih menjadi salah satu pemenang di GiveAway (GA) yang
mengangkat tema “I Love Islam” yang diselenggarakan oleh Anyin/Ninda dan mba’
Monika.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Ini cerita saya : <a href="http://cyberdreambox.blogspot.com/2014/03/aku-dan-cintaku.html" target="_blank">aku dan cintaku</a></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Ketika tahu bahwa Anyin mengadakan GA dengan tema “I Love
Islam”, saya langsung menuliskan pengalaman saya di atas. Langsung, mengalir
begitu saja. Saya tak langsung mempublishnya, ya… ya… koneksi internet tak
bersahabat saat itu :D </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Kemudian saat akhirnya saya dapat mempublishkan cerita saya
dan mendaftarkannya, saya sempat nggak yakin dengan tulisan itu. Terlebih saat
itu saya adalah pendaftar pertama, saya sempat berpikir apa saya nggak
kecepetan ya. Huhuhu, dan karena nggak yakin menang itu bahkan sebelum membaca
tulisan peserta lain (lah belum ada yang daftar) saya sempat nodong Anyin, “Dek
ada hadiah buat pendaftar pertama nggak?” Hahahaha… ngok banget ya… ngarep.
Hihihi</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Sebenarnya pada tanggal 1 April saya berniat mempublish 1
tulisan lagi yang akan saya ikutkan dalam GA tersebut, tapi karena satu dan
lain hal saya kelupaan. Duh! Sebenarnya saya juga bilang ke Anyin perihal
tulisan yang kelupaan itu, dan niatnya juga akan saya publish barengan dengan
hijab yang saya dapatkan sebagai hadiah.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Tapi, saya berubah pikiran. Mungkin cerita saya yang satu
itu akan saya publish di lain waktu. Saat ini saya hanya ingin menunjukkan dulu
hijab yang saya dapatkan.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Saya suka banget dengan bahannya, warnanya, juga modelnya.
Hehehe.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Saya nggak kenal dengan nama-nama kain, sedangkan untuk
modelnya saya kenalnya cuman : bergo, pasmina dan segiempat. Ternyata walau
saya sudah tahu akan dapat hijab bergo, ternyata bergo yang satu ini berbeda
dengan bergo yang biasanya saya gunakan. Bergo yang saya dapatkan ini pada
bagian dagu tidak terdapat jahitan, jadi saya tetap harus menggunakan peniti
saat memakainya. Ribet? Ah, karena sudah biasa pakai yang hijab segiempat jadi
nggak terlalu ribet lah ya…</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Dan asyiknya lagi hijab yang saya dapatkan ini bisa dibolak
balik. Saya pilih warna cream-hijau. Jadi satu sisi ada yang dominan cream dan di sisi lain dominan hijau. Bahannya, walau tebal dan nggak nerawang (ini yang penting)
tapi juga nggak bikin panas, adem malah. Pokoknya suka deh.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Jadi pengen beli sendiri deh, eh tapi nabung dulu soalnya
saya lagi pengen beli oven nih biar makin bisa berkreasi untuk buat cemilan
anak-anak. Ada GA berhadiah oven? #curcol hahaha</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Tapi kalau kamu juga pengen beli bisa loh tengok di : <a href="https://www.facebook.com/hijabalila.semarang" target="_blank">Hijab Alila Semarang</a>.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<br />
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi6r6XkUBzEWpohgW9Trg11b3ze4834CrG930toYOK2b7ELxcpRJlxXs68VwL_7HEHdWxgAX5OTBh6WweQoEK0mZEr-vov1N1CRCzfQ4dGPQdFWwsnexSWJLMyDlY20rU1TeWJ-z532qVg/s1600/hijab+alila.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi6r6XkUBzEWpohgW9Trg11b3ze4834CrG930toYOK2b7ELxcpRJlxXs68VwL_7HEHdWxgAX5OTBh6WweQoEK0mZEr-vov1N1CRCzfQ4dGPQdFWwsnexSWJLMyDlY20rU1TeWJ-z532qVg/s1600/hijab+alila.JPG" height="239" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Btw, terima kasih buat Anyin dan mba' Monika yang sudah mengadakan GA dengan tema I Love Islam, karena selain saya bisa berbagi pengalaman saya juga mendapat banyak-banyak pelajaran dari pengalaman teman-teman lain yang juga mengikuti GA ini. Juga terima kasih banyak sudah memilih cerita saya. ^^,</div>
non ingehttp://www.blogger.com/profile/00381695912059095609noreply@blogger.com7tag:blogger.com,1999:blog-2431296790370811614.post-65455904119956465762014-03-17T22:39:00.001+07:002014-03-17T22:39:49.975+07:00Baca dan nonton<p>Saya suka membaca dan juga suka nonton film.</p>
<p>Dulu saat masih sekolah saya lebih banyak membaca daripada nonton film. Sejak dari SD saya sudah suka membaca, walau mungkin bacaan saya sebatas tabloid Bobo dan Donald Bebek. Papi saya dulu memperbolehkan saya langganan Bobo yang difasilitasi oleh sekolah, sedangkan Donal Bebek saya selalu dibelikan oleh kakak-kakak sepupu.</p>
<p>Waktu SD sampai dengan SMA sekolah saya seminggu sekali pasti ada jam pelajaran yang mengharuskan muridnya ke perpustakaan. Jadilah waktu sekolah walau belum memiliki koleksi bacaan tetapi tak pernah kehabisan bahan baca.</p>
<p>Memasuki masa kuliah, kebiasaan baca mulai berkurang. Perpustakaan kampus tentu beda dengan perpustakaan sekolah, sepertinya tidak menyediakan novel ya... hehe... itu salah satu alasannya. Saat kuliahlah saya lebih banyak nonton film daripada baca buku. Tapi juga saat kuliah itulah saya mulai koleksi buku, karena saya mulai bekerja sebagai guru les.</p>
<p>Jelang akhir masa kuliah bisa dibilang kegiatan baca dan nonton nyaris seimbang. Dan itu terus berlanjut sampai saya menikah. Kemudian saat anak pertama saya lahir nah, saat itulah saya mulai lebih banyak membaca daripada nonton film.</p>
<p>Hingga akhir-akhir ini, saat anak-anak mulai besar. Tidur malam mulai teratur, nah saat itulah saya bisa meluangkan waktu untuk nonton film. Karena saya tipenya orang yang nggak suka kalau nonton film kepotong-potong, kecuali film serial ya. Hehe</p>
<p>Kamu? Suka baca atau nonton?</p>
non ingehttp://www.blogger.com/profile/00381695912059095609noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-2431296790370811614.post-6557745116217356102014-03-16T22:21:00.002+07:002014-03-16T22:21:32.092+07:00Mengenal lapar.<span style="background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">Beberapa waktu lalu, seorang ibu bertanya pada saya tentang pola makan anak-anak saya.</span><br />
<span style="background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br /></span>
<span style="background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">Semuanya berawal karena saya yang sering memesan buah pada ibu penjual sayuran yang lewat depan rumah, dan itu memang lebih sering saya lakukan setelah adek mulai memasuki masa mpasi. Dan tetangga saya itu cucunya bisa dibilang susah sekali kalau makan.</span><br />
<span style="background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br /></span>
<span style="background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">Syukur alhamdullilah, mas & adek bisa dibilang nggak ada masalah untuk urusan makan. Tapi apa sama sekali nggak ada masalah? Ooooh, tentu tidak! Hehe. Pasti ada masanya ketika anak-anak mulai malas kalau disuruh makan.</span><br />
<span style="background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br /></span>
<span style="background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">Lantas, bagaimana pola makan anak-anak?</span><br />
<span style="background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br /></span>
<span style="background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">Kalau mau dirunut, semua berawal sejak mereka bayi. Saya banyak membaca bahwa bayi ASI dan mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama maka saat memasuki tahap makan akan lebih mudah. Ini bisa dikatakan awal mulanya, alhamdullilah kedua anak saya mendapatkan haknya memperoleh ASI eksklusif itu. Tapi, pastinya tidak menutup kemungkinan bahwa anak yang tidak mendapatkan ASI eksklusif makannya gampang looooh.</span><br />
<span style="background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br /></span>
<span style="background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">Kemudian ketika memasuki tahap MPASI, saya memberikan makanan yang saya buat sendiri dan sebelum 1 tahun anak-anak tidak mengenal gula dan garam. Kalaupun akhirnya makan biskuit itu menunggu usianya sekitar 8-9 bulan dan itu diberikan secara terbatas. Jadi baik mas dan adek nggak mengenal bubur susu instan. Sebelum 1 tahun mereka makan sayur/ikan yang direbus kemudian dilumatkan. Repot? Pastinya, tapi kan mending repot sekarang toh daripada nanti.</span><br />
<span style="background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br /></span>
<span style="background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">Lalu setelah 1 tahun, alhamdullilah mas langsung bisa makan masakan seperti yang saya dan suami makan. Tapi tentu masaknya tidak jadi satu, karena walau sudah seperti makanan keluarga tetapi pemberian gula dan garam tetap masih sedikit dibatasi. Jadi ya, tetap masaknya 2 kali walau menunya sama. Paling yang masaknya cukup sekali ya seperti sup, soto, rawon, opor, kare, ya yang semacam itu lah. Tapi kalau tumisan biasanya masaknya terpisah. Dan alhamdullilah hampir semua sayur mas suka.</span><br />
<span style="background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br /></span>
<span style="background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">Tapi kalau masih tiba-tiba malas makan harus dicari tahu dulu apa sebabnya. Bisa karena jenuh sama masakannya, atau bisa juga karena dia terlalu banyak jajan.</span><br />
<span style="background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br /></span>
<span style="background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">Jenuh, bisa jadi karena saya selama beberapa hari masaknya berturut-turut ditumis, atau sering bersantan. Nah berarti waktunya ganti masakan. Terkadang juga karena dia lagi malas makan sayur, jadi kadang cuman pengen makan nasi sama ikan doang.</span><br />
<span style="background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br /></span>
<span style="background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">Tapi kalau dia malas makan karena terlalu banyak jajan maka jalan satu-satunya adalah meniadakan semua jajanan yang ada dirumah. Entah itu disembunyikan atau mungkin dihabiskan emak bapaknya hihi. Dan acara ke warung buat beli jajan pun dihentikan. Tega? Harus tega dong, daripada keterusan akhirnya ciuman makan jajan tapi nggak mau makan nasi?</span><br />
<span style="background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br /></span>
<span style="background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">Tapi yang pasti kenali dulu kenapa anak nggak suka makan?</span><br />
<span style="background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br /></span>
<span style="background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">Kemudian ajarkan tentang rasa lapar. Yup, terkadang anak menjadi nggak suka makan karena ia nggak kenal tentang rasa lapar. Kok bisa nggak kenal? Ya karena dia nggak merasakan. Dia nggak merasakan karena terlalu banyak camilan/jajan. Biasanya anak mulai susah makan saat ia mulai mengenal jajan.</span>non ingehttp://www.blogger.com/profile/00381695912059095609noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2431296790370811614.post-79151700526078540982014-03-14T00:29:00.001+07:002014-03-14T00:29:28.337+07:00Aku dan Cintaku<div class="s2">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj0m_aqqfyDria3dN0G9dVelIF0nfvrp28mrY82t8w3F8LtUGvPAXdv1u_LcAkcakvzrJEcyu0TgTmidkWX9TZyUi6jUf_kDUXp6bmKXwb-U0Hv2Q6pXsvlXRZ9LadfeYrqMzQACqDENV0/s1600/photo-6.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em; text-align: center;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj0m_aqqfyDria3dN0G9dVelIF0nfvrp28mrY82t8w3F8LtUGvPAXdv1u_LcAkcakvzrJEcyu0TgTmidkWX9TZyUi6jUf_kDUXp6bmKXwb-U0Hv2Q6pXsvlXRZ9LadfeYrqMzQACqDENV0/s320/photo-6.JPG"></a></div>
<br>
<br>
Giveaway : Tulisan dengan tema "I Love Islam"<br>
Yang digagas oleh <a href="http://www.listeninda.com/" target="_blank">Listeninda</a> & <a href="http://monilando.blogspot.com/" target="_blank">Monilando</a><br>
<br>
<br>
<br>
<br>
<br>
<br>
<br>
<br>
<br></div>
<div class="s2">
<span style="background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><span class="s2"></span></span><br>
</div><a href="http://cyberdreambox.blogspot.com/2014/03/aku-dan-cintaku.html#more"></a>non ingehttp://www.blogger.com/profile/00381695912059095609noreply@blogger.com14tag:blogger.com,1999:blog-2431296790370811614.post-82528687422667574652014-03-06T09:30:00.001+07:002014-03-06T09:30:49.763+07:00Rebutan<p>Rebutan, mungkin itu hal yang biasa ya kalau lihat anak kecil melakukannya. Tapi saya, berusaha ajari anak-anak untuk tidak merebut.</p>
<p>Kadang saya suka dongkol sendiri misal ada anak yang sukanya ngerebut apa saja yang dipegang anak lain, dan lebih dongkol lagi kalau orang tua tuh anak tau eh tapi diem aja.</p>
<p>Dulu, sebelum usianya masuk 2 tahun, Ziandra kalau mainannya direbut oleh anak lain dia bisa dikatakan mengalah. Tapi semakin bertambah usianya Ziandra mulai mempertahankan apa yang dia pegang, walau sampai sekarang pun masih sering ngalah apalagi kalau yang ngambil anak yang dia gak kenal. Nah, itu ngalah apa takut?</p>
<p>Kalau di rumah, Ziandra bisa rebutan sama adiknya. Kalau adiknya ngerebut mainannya dia pasti akan mempertahankan. Begitu juga kalo dirumah uti dan ada ponakan yang suka ngerebut barang yang dipegang Ziandra, dia akan mempertahankan.</p>
<p>Jadi bisa dikatakan dia masih takut mempertahankan barang miliknya kalau yang ngerebut anak yang dia rasa nggak dia kenal.</p>
<p>Dulu, saya mungkin akan turun tangan walau nggak ekstrim ngerebut mainan yang tadinya dipegang Ziandra. Saya cuman datengin Ziandra dan bilang "nggak apa-apa mba'/mas nya pinjam, gantian ya". Dan yang ada Ziandra jadi noleh ke saya kalo misal mainannya direbut.</p>
<p>Akhir-akhir ini, saya mulai membiarkan Ziandra "mengatasi" sendiri masalahnya. Akhirnya sekarang Ziandra mulai berani mempertahankan miliknya, dia mulai berani merebut kalau mainannya direbut.</p>
<p>Terus jadinya rebutan donk. Yup! Dan itu aku diamkan, selama Ziandra berusaha mempertahankan miliknya. Bukan dia merebut mainan yang awalnya bukan dia pegang.</p>
<p>Jadi, mungkin sekarang saya berterima kasih sama anak yang suka ngerebut #laaah. Karena dengan adanya mereka Ziandra jadi belajar mempertahankan miliknya, dan dari mereka bisa kasih contoh kalau merebut itu nggak baik. :D</p>
<p>Ngajari bertahan, gantian/ngalah, dan berbagi. Semoga nantinya Ziandra bisa memilah mana saat dia harus mempertahankan miliknya, mana saat dia harus ngalah. :)</p>
non ingehttp://www.blogger.com/profile/00381695912059095609noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2431296790370811614.post-19757838730134152002014-03-04T12:41:00.001+07:002014-03-04T13:23:05.232+07:00Meminta Maaf<p>Apa sulitnya sih minta maaf?</p>
<p>Mungkin ada yang pernah dengar pertanyaan seperti itu, atau bahkan mengajukannya?</p>
<p>Atau ada yang mengajukan jawaban seperti ini :</p>
<p>Nggak salah kok, kenapa harus minta maaf?</p>
<p>Hal menarik tentang minta maaf saya dapat dari anak-anak, Ziandra dan Zianka.</p>
<p>Sebelum Zianka lahir, dengan jarak yang bisa dibilang cukup dekat dengan Ziandra... sudah banyak yang wanti-wanti "harus adil mak." Dan adil itu memang tidak mudah, terlebih terhadap anak kecil.</p>
<p>Lalu apa hubungannya adil dengan meminta maaf?</p>
<p>Saat Ziandra & Zianka bermain, pasti ada saatnya (lebih tepatnya sering) mereka nggak akur. Berebut mainan! </p>
<p>Kalau mainannya ada dua, bisa dilerai dengan mudah. Tapi selain hambur-hambur uang buat beli dua mainan, menurut saya itu nggak baik buat anak-anak. Mereka jadi gak belajar berbagi dan mengalah. Menurut saya loh yaaaaa...</p>
<p>Nah disini susahnya adil, kadang merasa adiknya nih masih terlalu kecil untuk mengerti berbagi atau mungkin banyak yang berpendapat : yang besar harus ngalah. Tapi Ziandra kan belum se"besar" itu.</p>
<p>Jadi kalau rebutan, akhirnya dilihat dulu siapa yang pegang mainan pertama kali, karena nggak menutup kemungkinan adik yang ngerebut mainan yang dipegang mas.</p>
<p>Nah kadang pas emaknya ini meleng, jadi gak tau siapa yang pegang pertama. Jadi diliatin aja dua anak itu rebutan, dan kalau mas gak terima terus "mukul" adek, baru nih emaknya bertindak. Ambil mainan yang direbutin terus minta mas minta maaf ke adik.</p>
<p>Kadang, mas dengan suka rela minta maaf. Tapi kadang dia seperti enggan. Nah dari situ bisa keliatan kok kalo kemungkinan besar adiknyalah yang merebut. Emaknya harus jelasin kenapa mas harus minta maaf. Mungkin Ziandra belum bener-bener ngerti, tapi setidaknya dia bisa belajar, sedikit demi sedikit.</p>
<p>Buat anak kecil sepertinya meminta maaf itu adalah ketika mereka melakukan kesalahan yang disengaja. Kalo nggak sengaja?</p>
<p>Sekarang emaknya yang masih tahap ngajarin buat minta maaf, walau mungkin nggak melakukan kesalahan. :D </p>
non ingehttp://www.blogger.com/profile/00381695912059095609noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-2431296790370811614.post-5243017676127320922014-03-01T23:28:00.000+07:002014-03-01T23:28:12.162+07:00Kenapa?Sudah lama sekali rasanya saya tidak menulis di blog ini. Melihat jumlah tulisan di tahun-tahun sebelumnya, sepertinya saat-saat paling produktif adalah di tahun 2010, hampir satu hari satu postingan. Kemudian di tahun 2011 langsung berkurang drastis, apalagi tahun-tahun berikutnya. :D<br />
<br />
Jika mungkin ada yang bertanya, kenapa?, saya sendiri tak dapat menjawabnya.<br />
<br />
Tidak ada ide?<br />
Ah, bukankah terkadang tidak ada ide itu sendiri bisa menjadi bahan postingan.<br />
<br />
Tidak ada waktu?<br />
Sebenarnya saya tidak benar-benar berhenti menulis, hanya saja sekarang saya sedang asyik menulis Review dari buku yang saya baca. Jadi, kalau masalah waktu harusnya masih ada kan?<br />
<br />
Lalu apa? Kenapa?<br />
<br />
Adakah yang pernah mengalami merasakan, tiba-tiba ragu dengan apa yang ingin dituliskan, dibagikan.<br />
Merasa bahwa tulisannya tak lagi bermakna, nggak bagus.<br />
Kalaupun menulis yang bentuknya seperti puisi, rasanya kok hambar...<br />
<br />
Setelah menulis sebegitu banyak tulisan di tahun sebelumnya, pernah nggak tiba-tiba mikir : gimana kalau orang nggak suka dengan tulisanku?<br />
<br />
Yah, kadang itulah yang saya rasakan. Bahkan saat akhirnya saya menulis, maka tulisan itu akan tersimpan dalam bentuk draft dan nggak jarang yang langsung di delete setelah menyelesaikannya.<br />
<br />
Kenapa bisa begitu?<br />
<br />
Sepertinya saya sudah menemukan jawabannya, tapi saya ragu untuk mengutarakannya disini. ;Dnon ingehttp://www.blogger.com/profile/00381695912059095609noreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-2431296790370811614.post-23550993703537538392014-02-28T18:19:00.001+07:002014-02-28T18:19:23.690+07:00Tidak Pedulikah?<p>Mungkin anda pernah mendengar kalimat ini : Bahwa lawan dari cinta bukanlah benci, tetapi tidak peduli.</p>
<p>Beberapa hari ini saya memikirkan kalimat itu. Tidak peduli = tidak cinta.</p>
<p>Kenapa saya memikirkan kalimat itu?</p>
<p>Karena akhirnya saya memutuskan untuk tidak peduli.</p>
<p>Ah, daripada bingung saya coba ceritakan secara singkatnya bagaimana akhirnya saya memutuskan untuk tidak peduli.</p>
<p>Seorang saudara, beberapa waktu lalu baru saja melahirkan seorang bayi perempuan lucu. Bahkan ada yang bilang wajah bayi itu mirip anak saya yang ragil. :)</p>
<p>Proses melahirkannya (dari cerita saudara saya itu) bisa dikatakan tidak mudah, njelimet. Tapi, Alhamdulillah bisa melahirkan dengan selamat walau melalui operasi.</p>
<p>Saya dan suami serta anak-anak baru sempat berkunjung hari ke 2 saat dirawat di RS, dan saat berkunjung itulah saya tahu adek bayi diberi minum susu formula.</p>
<p>Yang melintas dipikiran saya saat itu, ah... "kenapa nggak bilang, kan bisa aku perahkan asiku... biar adek gak perlu sampai minum sufor." Tapi kemudian, sodara saya bilang kalau ASInya belum keluar tapi pihak rumah sakit sangat PRO ASI. Ah, saya pikir mungkin besok sudah bisa ASI. Jadi saya hanya diam saja.</p>
<p>Selang 2 hari setelah kunjungan saya itu akhirnya mereka bisa pulang, kerumah mertua saya, yang jaraknya hanya 1 blok dari rumah. Waktu itu kami sekeluarga langsung ke rumah mertua, dan betapa kagetnya saya saat mengetahui ternyata adek bayi masih minum sufor. </p>
<p>Saya tidak banyak berkomentar dan bertanya, dan cerita mengalir begitu saja dari saudara saya itu. Dengan santai dia bercerita kalau setiap bidan periksa selalu bilang, "Ayo Bu, ASI ASI" tetapi saudara saya memutuskan untuk baru memulai memberikan ASI di rumah saja. Saya hanya bisa tersenyum, miris.</p>
<p>Tapi apa hubungannya dengan ketidakpedulian saya?</p>
<p>Awalnya saya terus memberi semangat saudara saya untuk ASI. Saya sempat dimintai tolong untuk memandikan bayinya selama beberapa hari, ah saya pikir itu juga bisa jadi jalan saya memberi dia semangat untuk memberi ASI anaknya. Tetapi yang terjadi sungguh membuat saya kecewa.</p>
<p>Setiap saya menyodorkan adek bayi untuk disusui si ibu terkesan menolak, dengan alasan mau mandi dulu atau apalah.</p>
<p>Mungkin saya memang gak berhak menilai usaha saudara saya itu kurang, karena saya tidak tinggal serumah dengannya.</p>
<p>Tetapi hal yang membuat saya akhirnya benar-benar nggak mau peduli lagi adalah saat terakhir saya menengok adek bayi dan waktu itu dia tengah minum sufor. Saya spontan bilang "Loooh ngempeng." Dan secara tak sengaja saya melihat mertua dan saudara saya itu saling lihat dan dari tatapan mereka saya seperti "mendengar" : wes mulai lagi wes bahas asi. </p>
<p>Mungkin itu hanya perasaan saya, tapi jujur perasaan saya saat melihat tatapan itu nggak enak banget. </p>
<p>Dan saya bilang pada tentang apa yang saya pikirkan, benarkah saya sudah tidak peduli? Membiarkan adik bayi tidak mendapatkan haknya menerima ASI?</p>
<p>Suami saya hanya bilang : sudah lah... percuma memang mau bantu kalau yang mau dibantu menolak. Doakan saja. Itu bentuk kepedulian kita.<br>
</p>
non ingehttp://www.blogger.com/profile/00381695912059095609noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-2431296790370811614.post-33741736599350312552014-02-09T21:51:00.000+07:002014-02-09T21:51:05.208+07:00Penggal Kisah. (2)<div class="s2">
<span style="background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><span class="s2">Sekarang atau nanti </span><span class="s2">apa</span><span class="s2"> bedanya?</span></span></div>
<div class="s2">
<br /></div>
<div class="s2">
<span style="background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><span class="s2">Mungkin kamu ingat pertanyaanku saat itu.</span><span class="s2"> Ketika aku menanyakan keputusanmu </span><span class="s2">akan</span><span class="s2"> hubungan kita.</span></span></div>
<div class="s2">
<br /></div>
<div class="s2">
<span style="background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><span class="s2">Aku bertanya begitu, karena aku sudah tau jawaban yang </span><span class="s2">akan</span><span class="s2"> kau berikan.</span></span></div>
<div class="s2">
<br /></div>
<div class="s2">
<span class="s2" style="background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">Aku hanya ingin mempermudahmu, juga… mempermudah diriku sendiri.</span></div>
<div class="s2">
<br /></div>
<div class="s2">
<span style="background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><span class="s2">Mungkin, tak mudah bagimu untuk berbohong.</span><span class="s2"> </span><span class="s2">Karenanya aku mempersingkat waktu supaya kamu tak perlu lagi melakukannya.</span></span></div>
<div class="s2">
<br /></div>
<div class="s2">
<span style="background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><span class="s2">Dan bagiku, aku </span><span class="s2">hanya mencoba untuk secepat mungkin melepaskan harapanku.</span><span class="s2"> </span><span class="s2">Karena aku tahu, harapan itu sudah terbang.</span></span></div>
non ingehttp://www.blogger.com/profile/00381695912059095609noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2431296790370811614.post-9471491526949684512014-02-09T01:17:00.003+07:002014-02-09T01:17:47.683+07:00Penggal Kisah. (1)<div class="s2">
<span style="background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><span class="s2">Apapun </span><span class="s2">cara</span><span class="s2"> dan upaya yang kamu lakukan untuk bersama dengan seseorang, tapi ternyata jalan takdir menentukan ia bukanlah untukmu, maka semua akan sia-sia.</span></span></div>
<div class="s2">
<br /></div>
<div class="s2">
<span class="s2" style="background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">Sia-sia kah?</span></div>
<div class="s2">
<br /></div>
<div class="s2">
<span class="s2" style="background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">***</span></div>
<div class="s2">
<br /></div>
<div class="s2">
<span style="background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><span class="s2">Aku mengenalmu, dan kemudian sesaat takdir seakan berkata bahwa dirimu bukanlah untukku.</span><span class="s2"> </span><span class="s2">Dan aku menerima itu, begitu saja.</span><span class="s2"></span></span></div>
<div class="s2">
<br /></div>
<div class="s2">
<span style="background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><span class="s2">Sakit?</span><span class="s2"> Entah </span><span class="s2">apa</span><span class="s2"> namanya ketika sebuah keputusan diambil atas diri kita tanpa campur tangan kita, dan kita hanya merasa mau-tak-mau menerimanya, begitu saja.</span></span></div>
<div class="s2">
<br /></div>
<div class="s2">
<span style="background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><span class="s2">Hingga di suatu waktu, takdir mempertemukan kita kembali.</span><span class="s2"> </span><span class="s2">Tapi sepertinya takdir sedang asyik mempermainkanku, dan mungkin juga dirimu.</span><span class="s2"> </span><span class="s2">Kita bertemu tapi untuk kembali bersama, bukan tak mungkin tapi ada yang harus dikorbankan untuk itu.</span></span></div>
<div class="s2">
<br /></div>
<div class="s2">
<span class="s2" style="background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">***</span></div>
<div class="s2">
<br /></div>
<div class="s2">
<span class="s2" style="background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">Mungkin tidak sia-sia, karena tak ada penyesalan yang lebih menyesakkan ketika kamu melepaskan sebuah kesempatan tanpa usaha.</span></div>
<div class="s2">
<br /></div>
<div class="s2">
<span class="s2" style="background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">Mencoba itu bisa gagal atau berhasil, tetapi berdiam diri hasilnya sudah pasti sebuah kegagalan.</span></div>
<div class="s2">
<br /></div>
<div class="s2">
<span style="background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><span class="s2">***</span><span class="s2"><br /></span></span></div>
<div class="s2">
<span style="background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><span class="s2">Aku memperjuangkanmu, berusaha untuk tetap bersamamu.</span><span class="s2"> </span><span class="s2">Berkorban?</span><span class="s2">Aku tidak merasa berkorban, karena</span><span class="s2">apa</span><span class="s2"> yang aku lakukan bukan untuk siapa-siapa melainkan untuk diriku, untuk bisa bersamamu.</span></span></div>
<div class="s2">
<br /></div>
<div class="s2">
<span style="background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><span class="s2">Namun lagi-lagi, takdir </span><span class="s2">rupanya masih senang bermain.</span><span class="s2"> Kembali, </span><span class="s2">ia</span><span class="s2">menunjukkan bahwa kamu bukanlah untukku. </span><span class="s2">Sekali lagi, aku menerimanya, begitu saja.</span></span></div>
<div class="s2">
<br /></div>
<div class="s2">
<span style="background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><span class="s2">Sakit?</span><span class="s2"> Jujur, sakitnya tak seperti dahulu walau </span><span class="s2">apa</span><span class="s2"> yang terjadi tak jauh berbeda. </span><span class="s2">Bahkan aku seperti mengalami de javu.</span><span class="s2"></span></span></div>
<div class="s2">
<br /></div>
<div class="s2">
<span style="background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><span class="s2">Aku hanya merasa sudah berusaha untuk bersamamu.</span><span class="s2"> </span><span class="s2">Tapi ternyata gagal.</span></span></div>
<div class="s2">
<br /></div>
<div class="s2">
<span class="s2" style="background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">***</span></div>
<div class="s2">
<br /></div>
<div class="s2">
<span style="background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><span class="s2">Aku hanya kembali ke awal.</span></span></div>
non ingehttp://www.blogger.com/profile/00381695912059095609noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2431296790370811614.post-79835954606157696932013-12-11T01:31:00.001+07:002013-12-11T01:31:23.451+07:00Cinta (di mana?)<p>Kamu pergi, dan aku... masih di sini. Menanti? Tidak, aku tau semua akan berakhir sia-sia jika aku menantimu.</p>
<p>Tapi, tetap aku masih di sini. Entah untuk apa.</p>
<p>Aku seakan tak dapat lagi merasakan cinta. Semua hanya mengikuti putaran waktu. Setiap detik yang menjadi menit, berganti jam... hari... bulan... tahun... Entah sampai kapan.</p>
<p>Orang bilang, aku hanya belum menemukan pengganti dirimu.</p>
<p>Tapi bisakah aku menemukan pengganti dirimu jika aku tak lagi dapat merasakan cinta?</p>
<p>Apakah cintaku masih untukmu? Tidak... sudah kubilang... aku tak lagi dapat merasakan cinta.</p>
non ingehttp://www.blogger.com/profile/00381695912059095609noreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-2431296790370811614.post-71542428194620076942013-12-11T01:12:00.001+07:002013-12-11T01:12:08.855+07:00Bodoh<p>Bodoh.</p>
<p>Satu kata ketika aku menelusuri perjalananku yang dulu pernah bersinggungan denganmu.</p>
<p>Kita berkenalan, ngobrol, kemudian jadian. LDR. Kemudian kamu menghilang, aku? Menunggu, walau sempat juga mencari penggantimu.</p>
<p>Selang beberapa tahun, kamu datang lagi. Ketika aku tengah sendiri, ngobrol, kemudian jadian (lagi). (Tetap) LDR. Selanjutnya, kamu pergi (lagi, walau kali ini sempat berpamitan sebelum akhirnya menghilang). Aku? Tetap menunggu hingga lelah, dan akhirnya mencari pengganti dirimu. Apa aku sudah benar-benar melupakanmu?</p>
<p>Selang beberapa tahun, kamu hadir kembali. Saat aku tak lagi sendiri, tapi kita tetap ngobrol, terkadang layaknya orang pacaran. Selingkuh? Mungkin. Hingga akhirnya, aku memilihmu. Selanjutnya? Kamu pergi (lagi), menghilang (lagi).</p>
<p>Maka aku sebut diriku bodoh, cintakah? Entah, yang pasti aku bodoh.</p>
<p>Bodoh, percaya pada kata "aku mencintaimu dan tak akan meninggalkanmu lagi".</p>
<p>Bodoh, percaya pada kata "kalau jodoh nggak akan kemana".</p>
<p>Bodoh. </p>
non ingehttp://www.blogger.com/profile/00381695912059095609noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2431296790370811614.post-35285547552850320122013-09-30T05:53:00.001+07:002013-09-30T05:53:49.434+07:00Rasa<p>Akhir-akhir ini rasa tidak percaya diri seolah menyergap. Sepertinya bukan hanya rasa itu, tapi seperti rapuh... ah... susah menjelaskannya.</p>
<p>Entah kenapa, tiba-tiba saja hadir. Mengingatkan, sepertinya dulu pernah merasakan juga. Hmmmm... 5tahun yang lalu.</p>
<p>Dan kala itu, lagu ini membuatku terisak...</p>
<p>https://www.youtube.com/watch?v=urY1aZCRs7c&feature=youtube_gdata_player</p>
<p>Sekarang....... tak ada air mata, hanya seperti ada sesuatu yang memenuhi seluruh rongga paruku.</p>
non ingehttp://www.blogger.com/profile/00381695912059095609noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2431296790370811614.post-28769001755212072272013-08-31T00:18:00.001+07:002013-08-31T00:18:48.334+07:00Bukan aku, tapi dia...<p><i>Kamu menangis?</i></p>
<p>Aku langsung mengusap air yang mulai meleleh di pipiku dengan punggung tangan kiriku.</p>
<p><i>Kenapa? Sedih?</i></p>
<p>Sedih? Pertanyaan macam apa itu? Retorik?</p>
<p><i>Sudahlah, bukankah dia selalu menyakitimu?</i></p>
<p>Tapi...<i> </i>aku... aku masih mencintainya.</p>
<p><i>Tapi, dia mengkhianatimu? Itu artinya dia tak mencintaimu!</i></p>
<p>Tapi... dulu..., aku merasa bahagia bersamanya.</p>
<p><i>Semua orang bisa berubah, tak terkecuali dia.</i> </p>
<p>Tapi... ia sempat berkata, lebih memilih aku daripada... </p>
<p><i>Sudahlah! Keputusanmu sudah tepat.</i></p>
<p>Tepat? Bagian mana?</p>
<p><i>Kamu pergi, meninggalkannya.</i></p>
<p>Kamu salah?</p>
<p><i>Salah? Bagian mana?</i></p>
<p>Dia yang pergi meninggalkanku.</p>
<p><i>Sebentar... kita reka ulang secara singkat... Dia mengkhianatimu, dan ketahuan. Kemudian kamu meminta mengakhiri hubungan, dia berkata lebih memilihmu. Dan kamu tetap pergi kan? Tetap putus?</i></p>
<p>Ya, tapi...</p>
<p>Perlahan aku menyodorkan tangan kananku yang masih erat menggenggam pisau berlumuran darah itu. Darah (mantan) kekasihku.</p>
<p>... dia yang pergi meninggalkan aku.</p>
non ingehttp://www.blogger.com/profile/00381695912059095609noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-2431296790370811614.post-34787559033615440612013-08-28T23:27:00.001+07:002013-08-28T23:32:53.830+07:00I have to breathe...<p><i>It's two a.m feelin' like I just lost a friend...</i><br>
<i>Hope you know it's not easy for me...</i><br>
<i>And I can't breathe without you,but I have to..</i></p>
<p>***</p>
<p>Tylor Swift masih "bernyanyi" lagu yang sama berulang kali, terus... dan terus. Karena hanya ada "dia" di <i>playlist</i>ku, lagu yang menjadi lidah bagi apa yang sedang aku rasakan sekarang.</p>
<p>Kebiasaan buruk saat sedang patah hati, menuangkan perasan jeruk pada luka yang masih mengangga. Itu yang aku lakukan sekarang.</p>
<p>"Aku tak bisa hidup tanpanya"</p>
<p>Aku pernah bicara seperti itu pada seorang teman. Dia hanya menanggapi dengan satu kata, alay!</p>
<p>Mungkin, kalimat itu terdengar alay, tapi itulah yang aku rasakan. Membayangkan tak ada dirinya mengiringi jejak langkahku sudah begitu membuatku perih. </p>
<p>Bukan karena bahagia yang tercipta, karena perjalanan kami pun melewati kerikil juga jalan terjal. Justru karena kami mampu melewatinyalah membuatku makin perih membayangkan tak ada lagi dirinya. Ia adalah sahabatku mengarungi semuanya, sahabat terb<i>aikku.</i></p>
<p>Temanku pernah bertanya, mana yang lebih sakit, meninggalkan atau ditinggalkan?</p>
<p>Dulu, aku menjawab "ditinggalkan". Namun kini, aku tak memilih keduanya. Karena dalam dua kata itu tetap ada kehilangan yang menjadi efeknya.</p>
<p>Seperti sekarang, ketika akhirnya aku yang melangkah pergi darinya, aku seakan tak dapat bernafas. Ya, karena aku tak bisa hidup tanpanya. Tapi aku harus walau tak akan mudah.</p>
<p>... <i>i have to breathe without you...</i></p>
<p>*note : fiksi*</p>
non ingehttp://www.blogger.com/profile/00381695912059095609noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2431296790370811614.post-70292179540944312472013-08-05T03:00:00.001+07:002013-08-05T10:07:56.624+07:00unpredictable (3)<p>Hari ini aku berniat menghabiskan waktuku hanya berada diatas tempat tidur, setelah pekerjaan selama seminggu yang tidak hanya menyita waktuku, tetapi juga tenaga dan pikiranku. Saat aku tengah asyik menikmati novel yang sudah seminggu sejak aku beli aku anggurkan begitu saja, tiba-tiba ada panggilan di ponselku. Sedikit malas aku seret tubuhku dari tengah ranjang mendekati nakas tempat aku menaruh ponsel.</p>
<p><i>Nomer siapa ini?</i> Satu nomer tak aku kenal, tetapi sepertinya aku pernah membaca deretan angka ini. Setelah beberapa saat coba untuk mengingat dan nihil, akhirnya dengan sedikit ragu aku angkat panggilan itu.</p>
<p>"Halo..."</p>
<p><i>"Hallo..."</i></p>
<p>Suara itu! Tak mungkin aku bisa melupakan suara itu.</p>
<p><i>"Hallo... Ken, hallo..."</i></p>
<p>Setelah sejenak terdiam, akhirnya aku kembali berkata, "Ohya... maaf, dengan siapa ya?"</p>
<p>Terdengar gelak disana, kemudian <i>"Ini aku Maheenk, lupa ya? Sorry aku baru hubungi kamu, awalnya aku kira nomermu ganti jadinya aku tunggu kamu hubungi setelah aku kasih kamu kartu namaku. Tapi... Btw, apa kabar?"</i></p>
<p>Aku tak berusaha memutus ucapannya, kebiasaannya kalau gugup ternyata tetap sama. Berbicara tanpa jeda. Ah...</p>
<p>"Aku? Alhamdulillah baik."</p>
<p><i>"Bisa nggak kita ketemu. Aku kangen ngobrol panjang lebar ama kamu."</i></p>
<p>"Errrrr, kapan?"</p>
<p><i>"Hari ini?"</i></p>
<p>Aku lirik novel yang baru aku baca seperempat bagian tadi, seolah meminta persetujuan. Namun justru pertanyaan saat awal bertemu dengannya beberapa hari lalu menyeruak, <i>pantaskah?</i></p>
<p>"Hmmm... agak sore aja ya, jam empatan gitu?"</p>
<p><i>"Oke, kamu aku jemput atau...?"</i></p>
<p>"Gak usah kita ketemu langsung aja di Starbuck TP"</p>
<p><i>"Oke, see u"</i></p>
<p>Setelah sambungan terputus dan aku hendak kembali membaca novelku, tiba-tiba kembali ponselku berbunyi. Tanda ada satu pesan singkat.</p>
<p>-From : bluess_byru-</p>
<p><i>Nanti malam </i><i>aku ada meeting mendadak. Sorry  ya, besok baru aku datang ke apartementmu. Okay?</i></p>
<p>Ah... apa semesta sedang berkonspirasi mendukung pertemuanku dengan ia yang harusnya tetap tersimpan sebagai masa lalu?</p>
<p>*bersambung*</p>
non ingehttp://www.blogger.com/profile/00381695912059095609noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-2431296790370811614.post-77888358230798090212013-08-05T02:02:00.001+07:002013-08-05T02:26:25.535+07:00unpredictable (2)<p>Setelah empat tahun, aku tak menyangka akan bertemu kembali dengannya. Bahkan saat ini aku masih merasa semuanya hanya mimpi semata, walau ditanganku terdapat secarik kartu nama, miliknya.</p>
<p>Apa maksud sang waktu dengan semua ini. Ketika ia membawaku pada apa yang namanya lupa tiba-tiba ia menghadirkan begitu saja seseorang yang berusaha aku simpan rapat disudut kotak kenanganku.</p>
<p>Di dalam kubikelku masih menimang kartu nama miliknya, aku terdiam. Lintasan kenangan juga angan membaur mendesak dalam benakku. Ragu, apa aku harus menghubunginya duluan? Apa pantas?</p>
<p>Dan kini kilasan dalam benakku berisikan kejadian tadi siang, saat kami bertabrakan, entah karena aku yang saat berjalan sambil sibuk merapikan mapku atau karena memang semesta menginginkan pertemuan itu. Kemudian ketika aku tahu bahwa ia yang bertabrakan denganku, yang ada hanya kebisuan. Sepertinya ia juga tak menduga dengan pertemuan itu. Hingga terdengar suara lagu yang ternyata adalah nada dering diponselnya, membuyarkan kebisuan itu.</p>
<p>Tiba-tiba setelah ia melihat sekilas ponselnya, ia mengambil sesuatu dari saku kemejanya. "Nanti kita ngobrol ya!" Katanya sambil mengangsurkan kertas yang ternyata kartu namanya dan langsung beranjak pergi. Aku masih terdiam memandang punggungnya yang kian menjauh, terkejut dengan yang ia lakukan. </p>
<p>Sekali lagi aku pandangi kartu nama itu, kemudian...</p>
<p>"Halo..."</p>
<p><i>"Nanti pulang kantor aku jemput ya?</i>"</p>
<p>"Oke!"</p>
<p><i>Sepertinya masa lalu memang letaknya cukup sebagai kenangan...  </i>Kuselipkan kartu nama itu dalam agendaku.</p>
<p>*bersambung*</p>
non ingehttp://www.blogger.com/profile/00381695912059095609noreply@blogger.com1