Ngaca!

 Ngaca!

Beberapa waktu lalu terjadi satu pembicaraan.

"Dokter A itu punya suami ya, tinggal di perumahan yang katanya termahal di Surabaya itu."
"Nah, wong model ngunu sing digoleki karo si D"

"Laaaaaah, de'e sopo? Iku sing tak omongno Dokter. Wong e puinter, dan semua keluarganya juga dokter. Terus wong e yo ayu. Dokter spesialis yo masio g rabi karo bojone iku yo wes sugih."

"Wkwkwkwkwkwk. Naaaaaaah."

Maap ya percakapan itu mungkin sedikit mengandung gibah, hehehe, tapi memang lucu aja sih. Ketika seseorang sedang mencari jodoh, memang yang diinginkan adalah yang terbaik. Tapi mungkin ada yang dilupakan, bahwa 

jodoh atau pasangan adalah cerminan diri

 

Jadi, ketika seseorang memiliki keinginan yang muluk kadang banyak orang kemudian akan bilang "Hih, ngaca!". Tentu ada yang bermaksud langsung menjatuhkan, tapi nggak sedikit yang maksudnya mengingatkan. 

Percakapan itu juga mengingatkan konten yang pernah viral di salah satu socmed dimana seorang perempuan ditanya tentang berapa tabungan yang harus dimiliki seorang pria yang mau menikah dengan dia. Dan dia menjawab 1 M minimal. Dari jawaban itu kemudian akhirnya ada yang menyerang personal bahkan fisik mbaknya. Padahal kalau di socmed kan nggak ada yang tau mbak itu kek gimana. 

Maksudnya, mungkin mbak itu berani ngomong begitu karena ya dia sendiri punya tabungan segitu atau mendekati segitu. Kemudian dia sudah bisa membiayai dirinya sendiri, dan misal menikah tentu misal dia nggak dibolehin kerja sama suaminya tentu nggak mau menurunkan standartnya donk. Jadi paling nggak suaminya ya bisa memenuhi segala hal yang dia dapat sama seperti dia belum menikah.

Jadi kadang lucu aja gitu ketika ada orang dengan keinginan yang muluk namun dianya seolah nggak berusaha memantaskan diri. Bukan berarti nggak boleh punya mimpi yang tinggi, bahkan wajibkan punya mimpi atau cita-cita yang tinggi. Tapi ya jangan cuma mimpi, tapi pastinya diikuti usaha untuk mencapainya.