Pages

Saturday, December 15, 2012

(Iseng) Andai...

Aku hanya bisa tersenyum melihat kebahagiaan itu.

Entah apa yang aku rasakan sekarang, ikut bahagia atau sedikit iri?

Ia bersama anaknya, asyik membaca buku di taman.

Ah, kegemaran bacanya ternyata menurun pada anaknya.

Tak lama, kulihat seorang pria menghampiri mereka. Suaminya.

Kecupan hangat di kening, cium takzim di tangan kanan. Mereka, bahagia.

Sejenak anganku menerawang. Andai....

Tiba-tiba....

"Hai...," Ia menepuk bahuku. 

Aku yang terlalu sibuk dengan anganku tak menyadari kehadirannya.

Aku masih terdiam, seakan tak siap berhadapan langsung dengannya.

Memecahkan keheninganku, ia kembali berucap, "Lama tak jumpa. Apa kabar?" 

Suaranya begitu tenang dan... datar.

"Ba...baik," sedikit terbata aku menjawab, "dan kamu... tampak bahagia." kalimat terakhir itu terdengar kelu ditelingaku.

"Baguslah kalau itu yang kau lihat." 

Aku sedikit bingung dengan kalimatnya itu, tapi entah mengapa, aku tak berani bertanya lebih.



"Anakmu... cantik. Sepertimu." kataku setelah ia pun hanya diam.

"Dia... dia anakmu. Anak yang kau tinggalkan saat masih dikandungan dulu."

Mau tak mau kalimatnya itu membuat aku menatap lekat-lekat matanya mencari kejujuran disana, tapi ia mengucapkannya dengan begitu datar, bahkan tanpa memandangku.

"Jangan kaget begitu, itu hanya masa lalu, dan akan menjadi masa lalu. Aku hanya ingin memberitahumu itu saja. Aku kira aku tak memiliki kesempatan, sampai tadi kulihat kau ada disini."


Tiba-tiba ia melangkah pergi, sebelum benar-benar jauh ia menoleh sambil berkata.

"Mungkin sebaiknya, kamu tetap menghilang seperti yang pernah kamu lakukan dulu. Aku tak tau apa yang membuatmu berada disini, tetapi sebaiknya apapun alasanmu, ini yang terakhir kalinya. Bukankah mudah bagimu untuk pergi, seperti dulu."

Ah, bagaimana bisa. Bagaimana bisa aku pergi sedang aku tahu ada anakku disini? Ah, andai....

Friday, December 14, 2012

(Iseng) Cinta

Aku melihatnya tersenyum, bahagia.

Tak sabar untuk mendekatinya, memeluknya... dan berkata bahwa aku ikut bahagia untuknya.

Saat kesempatan itu tiba, aku memeluknya... erat. 

Mengucapkan selamat, berusaha tak meneteskan air mata bahagiaku.

Ia memelukku, sama eratnya.

Sambil tersenyum ia berkata padaku, "jangan langsung pulang, i need to talk to you."

Deg! Entah kenapa aku merasakan hal lain. Entah apa.

Aku hanya bisa mengangguk, kemudian berlalu tak ingin membuat antrian lebih panjang lagi.

Aku kembali menatapnya, dari sudut jauh.

Tapi tetap, dia tampak bahagia. Sangat.

Saat aku lihat tamu mulai berkurang, ia turun dari pelaminannya. Menghampiriku.

"Hei..." sapaku, saat ia menghampiri.

"Fiuh, capek juga ya, dan masih tersisa beberapa jam lagi." katanya sambil mengambil gelas yang sedang aku pegang. Sambil tetap tersenyum, ia menghabiskan isinya. Tandas.

"Iya lah. Tapi bahagia kan..."

Deg! Kalimatku tadi lebih pada sebuah pernyataan, bukan pertanyaan. Tetapi kutemukan perubahan wajahnya. Sekilas, sekejap, sebelum akhirnya ia tersenyum lagi.
"Aku... aku sebenarnya tau... kalau ia tak mencintaiku. Jangan bilang siapa-siapa, ya?!" kallimat itu meluncur datar dari bibirnya yang merah terpulas gincu.

"Apa maksudmu?" tanyaku setelah terdiam beberapa saat, mencoba mencerna setiap kata dari kalimatnya.

Kembali dengan nada datar ia berucap, "Dia tidak mencintaiku. Pernikahan ini, hanya karena ia terlalu mencintai ibunya."

"Lalu, kenapa,"

Belum selesai aku berucap, ia sudah memotong kalimatku, "Kenapa aku masih mau menceburkan diriku dalam keadaan ini? Karena aku, terlalu mencintainya." Katanya sambil mencium pipiku dan berlalu karena ada tamu lain yang hendak bersalaman.

Thursday, December 6, 2012

GiveAway Buku Melody

Believe


Sebagai gadis abad 21, Tessa St. James tidak memercayai keberadaan Arthur dan para Kesatria Meja Bundar. Baginya legenda Arthur tak lebih dari dongeng pengantar tidur...hingga ia ditarik melintasi waktu untuk menjalankan misi bersama Galahad.
Sebagai kesatria abad pertengahan, Galahad tak mau membawa wanita dalam misinya - meski wanita itu berasal dari negeri jauh dan berbeda dengan wanita mana pun yang pernah ditemuinya. Tapi Arthur dan Merlin telah menentukan segalanya dan Galahad pun harus tunduk. Dalam perjuangan mereka memecahkan teka-teki, membunuh naga, dan mengalahkan penyihir, Tessa membuktikan dirinya kepada sang kesatria. Galahad kemudian belajar memercayai Tessa dengan nyawanya, namun akankah ia memercayai Tessa dengan hatinya?
Saya mungkin jarang banget baca buku dengan genre historical romance, tetapi untuk buku yang satu ini sudah pasti masuk di daftar antrian buku yang wajib beli. :) Salah satu alasannya adalah buku ini merupakan "anak" dari salah satu sahabat blogger buku, yaitu Melody. Saya mungkin nggak bisa membantu banyak dalam proses "terciptanya anak" ini, tetapi ketika ia sudah hadir salah satu cara untuk mendukung karya seorang sahabat adalah dengan memilikinya, membaca dan (insyaALLAH) mereview. Semoga dengan review nanti bisa mengundang banyak pembaca lain untuk ikut membeli dan membaca bukunya. (amin)

Nah, ternyata Melody sendiri memberikan kesempatan untuk sahabat penikmat buku untuk dapat memiliki "anaknya" secara cuma-cuma dengan mengadakan GiveAway. Buat yang suka dengan historical romance atau seperti saya mulai coba memperluas genre bacaan, yuk ikutan GiveAway yang diadakan Melody, siapa tau kamu yang beruntung. Walau saya juga pasti komat kamit baca mantra untuk jadi yang beruntung hahahaha. ^^

Cara ikut GiveAway-nya mudah : kunjungi blog Lamunyata dan ikuti petunjuk yang ada disana. Selamat mencoba. ^^