"Pergi!"
Hanya satu kata dan itu sudah membuat aku tak bisa berbuat apa-apa. Yang kurasakan hanya sesak yang tiba-tiba menghimpit dada. Salah apa aku? Pertanyaan itu hanya tersimpan rapi di sudut pikiranku, entah mengapa lidahku terasa kelu untuk mengucapkannya.
Aku masih bingung apakah menuruti kata-katamu atau tetap bertahan di sini. Ada rasa takut tapi rasa ingin tetap menemanimu begitu kuat. Hingga akhirnya aku hanya terdiam, mematung di ambang pintu kamarmu, masih memegang secangkir kopi yang tadinya ingin kuberikan untukmu.
“Ngapain masih di situ, aku bilang pergi!!”
Kamu kembali membentakku, kamu berubah. Sikap manismu yang selama ini menemani hari-hariku seakan tak pernah kamu miliki.Secepat ini kamu berubah. Rasa sakit hati mulai meraja, walau aku berusaha sebisa mungkin memaklumi sikapmu. Tapi, bisakah aku bertahan jika kamu terus seperti ini?
“Aku sayang kamu Mung.” Kataku, nyaris berbisik.
“Sudah lah Li. Kalau kamu memang sayang aku, pergilah.” Kalimat terakhirmu tak lagi ada nada amarah, tetapi ada nada sinis dan juga putus asa.
“Baiklah.” Gumamku, kemudian berbalik dan meninggalkanmu sendiri.
***
Secangkir kopi hitam sudah terhidang, aromanya yang pekat menguar persama kepulan uap panas. Sejenak kunikmati bayangmu yang hadir. Kusesap sedikit demi sedikit kopi hitam dalam cangkir pemberianmu itu, dan bayangmu seolah menjadi nyata.
Sudah hampir satu tahun sejak kejadian itu, dan itu adalah kali terakhir aku melihatnya. Jangan tanyakan tentang rasa rindu, tapi ketika ingin menemuimu ada rasa yang entah mengapa membuatku selalu mengurungkan niatku. Memandangmu dari jauh, itu sudah cukup bagiku.
Hingga sejak dua bulan yang lalu, aku tak bisa menemukanmu di tempat biasa aku melihatmu. Biasanya kamu duduk di sebuah taman menghabiskan waktumu menunggu senja datang sambil membaca buku. Sedang aku mengawasimu dari sebuah warung tenda di seberang taman.
Sampai hari ini, entah mengapa aku masih menunggumu di sini, dan aku tetap tak menemukanmu. Mengapa kamu tiba-tiba menghilang?
Sebuah pesan masuk ke ponselku.
Mung, kamu dimana? Masih menunggu Liana?
Anton, sahabatku yang mengirimkan pesan itu, tak menunggu lama aku langsung menelponnya.
“Kenapa Ton, kamu sudah menemukan dimana Liana?”
“Udah Mung, tapi…”
Jeda cukup lama, Anton seperti enggan mengatakan apa yang ia ketahui padaku.
“Tapi apa Ton, kasih tau aku!”
Rasa penasaran akan keadaan Liana membuatku tak bisa menahan emosiku.
“Liana udah nggak ada Mung. Dua bulan lalu Liana kecelakaan dan koma, hingga sebulan lalu ia tidak bisa bertahan dan meninggal.”
Ponselku terlepas begitu saja dari tanganku. Kepulan uap kopi dalam cangkir dihadapanku seakan kembali menghadirkan semua kenangan bersama Liana. Hingga saat aku mengusirnya.
Tanpa bisa kucegah air mata luruh begitu saja mendapati satu lagi kenyataan pahit dalam hidupku. Setelah satu tahun yang lalu ketika aku mengetahui bahwa Liana adalah saudaraku, satu ayah tetapi beda ibu. Ayah Liana adalah ayahku yang telah meninggalkan aku dan ibuku saat usiaku masih 2 tahun. Sebuah kenyataan yang aku simpan sendiri, hingga aku harus mengusirnya dari hidupku tanpa mampu menjelaskan alasan sikapku itu.
***
Mohon saran dan kritik ^^
Mo koment nih. Ceritanya bagus.Alurnya jg.
ReplyDeleteHanya saja, saat membacanya sy bingung sudut pandang ceritanya.
Menurut sy, akan lebih bagus kalau sudut pandangnya satu saja. Dari si Imung. Jadi dr awal cerita si Imung yg bicara.
Mungkin saya salah.atau sy yg kurang mengerti. CMIIW.
Keep writing and salam kenal :))
Seperti kata Windi Teguh, saya sempat bingung mengikuti cerita ini.
ReplyDeleteSempat bingung siapa yang bercerita dan yag diceritakan. Tapi setelah mencoba memahaminya kembali dengan membaca ulang baru bisa memahami maksud cerita tersebut.
Maaf ya atas komentar saya yang mungkin kurang berkenan dengan pemahaman dan pengenalan sastra yang teramat dangkal
salam dari pamekasan madura
ini fakta???terjadi????subhanallah,,aku kira hnya ada di kisah film2 yang aku tonton,,,,smoga di beri ketabahan untuk dirimu,,,sbagai teman saya hnya dpat mmbuat anda trsnyum kmbali,,,meski saya tman paling barumu,,,dan tak tau ltar blkangku,nmun prcyalah,,,doa ku mengiringi lgkahmu,,,sobatku.
ReplyDelete