Ditelanjangi?!

Ada beberapa perubahan nie yang terjadi, apa itu... ah pokoknya ada dech hihihi #diganyang-narablog-yang-baca

Ah, sudahlah apapun perubahannya semoga nantinya menjadi lebih baik, bukan begitu? :)

Sekarang mari kita bicara tentang telanjang-menelanjangi >.< beuuuuuuh!!

Jangan ngeres dulu sodara! :p

Pengen ngebahas tentang tulisan kok bukan yang macem-macem :)

Kemaren waktu buka twitter dapet satu kalimat bagus di TimeLine punya salah satu temen di twitter yang gabung dengan #30harimenulispuisi (udah selesai dan mau dimulai lagi, yay!!) dia adalah Adrian dengan twitternya @SilenceHart

Kalimat itu adalah :

"Saya lebih suka puisi saya dikorek dan ditelanjangi, lalu diberi saran yg bermutu, untuk kemajuan puisi saya. Daripada memuji dengan dusta."

Mungkin kalau tulisan macam curhat seperti yang ada di blog ini mah ndak perlu sampe di telanjangi kali yah, cukup dengan di baca dari awal sampe akhir secara tuntas dan kalau memang mau kasih komentar bukan hanya sekedar komentar kentut #ups-kok-kentut-lagi-hehe tapi komentar yang nyambung aja pasti dah seneng yaaah :)

Tapi ketika kita menuliskan sebuah karya seperti puisi atau prosa atau cerpen kadang yang dibutuhkan adalah komentar berupa saran dan kritikan. Bukan sekedar nice post! he he...

Kemudian kemaren sempet ngobrol sama seorang temen yang juga ikutan #30harimenulispuisi via twitter. Tentang komentar-komentar kita yang sering "merusak suasana"

Maksud dari merusak suasana disini adalah komentar lucu atau sedikit mlesetin makna dari puisi yang dibuat... emang sie buat seneng jadi sebuah hiburan tersendiri sampe ngakak sendiri gitu :)) Puisi yang tadinya romantis malah buat ngakak setelah baca sampe dikotak komentar. Nah kalau yang kaya' gitu gimana?

Tapi ada yang berbeda antara komentar kentut dengan komentar yang merusak suasana, kalo komentar kentut ada maksud tersembunyi dibalik komentarnya, apa itu? Yah hanya yg ngetut dan Tuhan yang tau sie :)) aku hanya menerka-nerka hahaha... dan kalau komentar yang merusak suasana, kita sie baca keseluruhan cuman nggak tau mau komentar apa dan akhirnya komentar kita walau sedikit nyambung dengan isi tetep aja akhirnya merusak suasana :)) #eh terus bedanya apa? cari sendiri dech wkwkwkwk

Kadang masalah telanjang menelanjangi sebuah tulisan memang kita sedikit segan karena mungkin merasa kita sendiri belum mampu untuk menulis lebih baik daripada apa yang kita baca, tapi dengan berkomentar memberikan pendapat kita tentang apa yang kurang itu lebih baik dari pada memuji tapi semua itu tidak dari hati :)

Untuk sebuah kemajuan, kadang kita membutuhkan masukan berupa kritik dan saran, dan kadang pujian yang terus menerus justru bisa membuat kita jalan ditempat atau bahkan jatuh sendiri :)

So sahabat, pilih mana? mendapat pujian atau kritikan :)

Kalau Inge sie... dasarnya narsis ya seneng di puji tapi ngarep juga dapet kritikan :))

To Arai :

seketika waktu terasa begitu sempit
berusaha tuk telanjangi segala rasa
tapi bagaimanapun itu
tak dapat menyempitkan rasa yang ada
ketika aku tetap memilih inginku
mencintaimu, hanya kamu!