Kesempurnaan Alya
Perkenalkan namaku Alya, dan aku seorang wanita yang tak sempurna.
Mungkin kau akan berkata, “Hey… bukankah tak ada yang sempurna didunia ini???”
Kata sempurna bukanlah hal yang kupandang terlalu muluk, karena aku juga meyakini bahwa tak ada yang sempurna didunia ini. Sempurna bagiku, adalah ketika aku dapat menjalankan rencanaku dengan baik dan ketika hasil akhir sesuai dengan apa yang aku harapkan, maka begitu besar rasa syukurku, tetapi jika hasil akhir tak seperti yang aku harapkan, aku akan tetap bersyukur dan mulai mengintropeksi diri. Bukankah tak ada kegagalan yang terjadi begitu saja tanpa ada maksud dibalik semua itu?
Terlebih lagi untuk hal fisik, ketidaksempurnaan itu akan begitu tampak. Walau mungkin tak sedikit orang yang akan mengatakan bahwa aku memiliki wajah yang manis, dan ketika aku hanya diam saja, kau tak akan dapati cacat pada diriku, tetapi bukan aku tak mau bicara karena sebenarnya aku adalah penyandang tuna wicara. Ya, aku bisu.
Tapi semua menjadi mudah bagiku karena kedua orang tuaku yang berusaha memberikan pengertian sejak aku kecil dan merekapun memperlakukanku tidak berbeda dengan saudara-saudaraku, walau memang aku harus masuk sekolah khusus tetapi tak ada yang harus diistimewakan terlebih ketika aku sudah berkumpul dengan saudara-saudaraku. Orang tua dan saudara-saudaraku, merekalah yang selalu membesarkan hatiku jika aku merasa minder ketika ada yang mengejekku, sehingga aku tak lagi memiliki masalah untuk tampil didepan orang. Aku mungkin bisu tetapi banyak hal yang bisa aku lakukan, salah satunya adalah dengan hobiku akan menulis. Tak sedikit prestasi yang kudapat dari hobiku itu, beberapa puisi dan cerpenku yang menjuarai berbagai lomba juga beberapa karya ilmiahku.
Ketika akhirnya aku berhasil masuk dunia perkuliahan, semua awalnya sangat berat untukku, karena keterbatasanku dalam hal berbicara, tetapi tak menyurutkan semangatku. Dan semua seakan diberikan jalan kemudahan bagiku, dengan menghadirkan seorang sahabat yang begitu luar biasa hebat, Indra. Aku mengenalnya saat orientasi penerimaan mahasiswa baru. Awalnya tampak sekali ia cukup kaget ketika mengetahui bahwa aku bisu, tetapi akhirnya ia menjadi seperti malaikat penolongku. Ya, aku berhasil masuk salah satu universitas ternama dikotaku, mengenyam pendidikan dilembaga pendidikan umum pertamaku, dan aku mengambil jurusan ekonomi serta lulus dengan predikat terbaik.
Memiliki karier yang bisa dibilang cemerlang diusiaku yang baru seperempat abad adalah salah satu kesempurnaan yang aku syukuri. Perjuangan keras semasa duduk dibangku perkuliahan seakan terbayar, ketika akhirnya aku dapat langsung bekerja disalah satu bank swasta dengan gaji yang bisa dibilang tak sedikit untuk ukuran fresh graduate. Belum lagi hobi menulis yang tak pernah aku tinggalkan akhirnya menghasilkan beberapa buku yang diterbitkan. Oh iya, hubunganku dengan Indra masih tetap baik, tetapi sekarang kami jarang bertemu karena kesibukan kami masing-masing, dan juga dia yang melanjutkan kuliahnya keluar negeri. Jadi kami hanya berkomunikasi lewat email.
Menjadi wanita karier juga penulis, adalah salah satu mimpiku yang mulai terwujud. Selama kurang lebih 4 tahun bekerja dengan beberapa kali promosi jabatan yang aku dapatkan serta beberapa novel yang telah diterbitkan, membuatku hidup lebih mandiri lagi dengan akhirnya dapat membeli rumah dan tak lagi tinggal dengan orang tua. Walau untuk kendaraan pribadi aku ingin membelinya tetapi karena alasan tidak bisa mengemudikan sendiri akhirnya aku lebih senang dengan menggunakan fasilitas umum.
Mungkin kau akan bertanya, “Bagaimana dengan kehidupan percintaanku?”
Mengenal Danar, seorang pengusaha tampan yang memiliki segudang cara untuk dapat membuatku tertawa (tak perlu membayangkan orang bisu tertawa), walau kami baru pertama bertemu, membuatku begitu betah untuk berlama-lama berada didekatnya. Memang saat pertama kali bertemu bukan hanya aku yang dibuatnya tertawa, karena pertama kali aku bertemu dengannya adalah ketika berada disalah satu pesta seorang teman, dan ia berkelakar hingga membuat semua orang yang berada didekatnya tertawa, tetapi ketika akhirnya kami berkenalan dan bertukar nomer HP dan ia sering mengirimi aku pesan-pesan singkat (hey, masih ingatkan bahwa aku tuna wicara jadi tak mungkin dia menelponku, nggak mungkin kan dia bicara seorang diri ditelepon), seringkali ia membuatku tak dapat menahan tawaku, walaupun aku sedang ada dikendaraan umum dan akhirnya menjadi bahan tontonan orang lain. Aku tak mengira ia tetap menghubungiku walau telah mengetahui bahwa aku bisu.
Danar. Ya pria inilah yang akhirnya mengisi kosong hari-hariku dengan canda tawanya, dengan kepeduliannya, dengan segala perhatiannya, dan tentu saja ia menerima aku apa adanya. Setelah perkenalan diacara pesta teman itu, beberapa bulan berikutnya dia memintaku menjadi pacarnya, dan betapa bahagianya aku saat itu, karena selama ini orang yang menunjukkan rasa suka padaku akan langsung menjadikan aku sekedar teman ketika mengetahui aku bisu, dan tentu saja aku tak menolak permintaan Danar itu.
Selama berpacaran ia begitu memahamiku, walau memang cara berkomunikasi berbeda dengan orang berpacaran pada umumnya (pacaran tanpa pernah bertelpon ria, hehe), tetapi ia juga menunjukkan keseriusannya dengan mau mempelajari bahasa isyarat untuk lebih mempermudahkan komunikasi kami. Cacatku ini seakan tak menjadi masalah baginya, karena ia mengetahui apa yang aku inginkan bahkan kadang sebelum aku mengungkapkannya.
Ketika tepat satu tahun kami berpacaran ia meminangku, memintaku menjadi pasangan hidupnya, dan untuk menunjukkan keseriusannya itu ia akan mengajak orang tuanya kerumahku, untuk meminangku secara resmi.
Ketika mendekati hari dimana Danar akan datang bersama keluarganya, aku menerima satu pesan di HPku yang ternyata dari ibu Danar, dan beliau ingin menemuiku. Aku memang pernah bertemu orang tua Danar beberapa kali ketika aku diajak kerumahnya, dan mereka begitu menerimaku, walau untuk bertemu berdua saja dengan ibunya, baru kali ini kulakukan.
Pertemuan siang itu mungkin pertemuan yang tak akan kulupakan, disalah satu restoran yang paling sering aku kunjungi dengan Danar, nuansanya yang cozy dan sedikit jauh dari jalan raya membuat tempat ini begitu nyaman. Berhadapan berdua saja dengan ibu Danar, membuat jantungku berdebar juga karena tak tau apa yang akan kami bicarakan.
Aku yang tiba lebih dulu, menunggu ibu Danar sebelum memesan minuman, dan beliau datang tak lama kemudian. Setelah memesan minuman dan kami menunggu pesanan kami dalam diam, walau sebenarnya aku sudah menyiapkan buku dan bolpoin sebagai alat bantu tetapi aku sendiri bingung harus memulai dari mana. Setelah pesanan kami datang, akhirnya ibu Danar menjelaskan maksud permintaannya untuk bertemu denganku.
Sebuah penjelasan yang membuatku hanya bisa tertunduk, tanpa mampu menyanggah, bukan hanya karena keterbatasanku tetapi aku juga tak tahu harus mengatakan apa. Beliau memintaku untuk membatalkan acara pertunangan kami dan memintaku untuk menghapus semua inginku untuk menjadi menantunya. Semua itu karena ia tak ingin memiliki seorang menantu yang memiliki cacat, seorang menantu yang bisu.
Tak dapat kupungkiri rasa sedih, sakit dan terhina saat mendengarkan ucapan dari Ibu Danar, kebingungan sempat melandaku, entah apa yang harus kulakukan. Hingga akhirnya ketika didalam taxi saat perjalanan pulang aku menuliskan pesan singkat pada Danar, “sebaiknya pertunangan kita dibatalkan” dan aku langsung mematikan HPku.
Beberapa hari aku berada dalam kebimbangan dan tak tahu apa yang harus aku lakukan, aku hanya bisa tertunduk dan mengadu pada Tuhan, dalam tangis diamku. Hingga akhirnya aku memilliki kekuatan untuk menjelaskan semua pada orang tuaku dan tentu saja kepada Danar, walau alasan yang kuberikan bukanlah alasan yang sebenarnya. Dan satu hal, aku bersyukur dengan semua yang terjadi, walau tak sesuai yang aku rencanakan tetapi aku mengetahui semuanya lebih cepat, lebih baik aku mengetahuinya sekarang daripada ketika akhirnya kami melangkah lebih jauh.
Ya, ini adalah salah satu kesempurnaan dari rencana Tuhan.
Kini aku dapat mengenangnya dengan senyum tersungging, ketika aku bersiap dengan kebaya cantikku menuju kepelaminan. Bahagia yang aku rasakan kini telah menghapus semua rasa sakit hati yang aku rasakan dulu, dengan bersanding dengan orang yang dapat menerimaku apa adanya, dan keluarga baru yang selalu memberiku kehangatan. Beberapa saat lagi aku akan menjadi seorang istri. Masih ingat dengan Indra kan? Bukan… aku bukan akan menjadi istri Indra, tetapi Indra-lah yang berjasa akan semua ini, karena Ia telah mengenalkan aku pada calon suamiku, dan memastikan bahwa aku tak akan terluka untuk kedua kalinya.
Benar kan, semua ini adalah kesempurnaan dari rencana Tuhan? :)
*** ***
Cerpen ini dibuat untuk berpartisipasi dalam lomba yang diadakan oleh
Sang Cerpenis Bercerita yang bekerja sama dengan
Vixxio
dan kalo beruntung, bisa mendapatkan buku The sweetest kickoff karya Wiwien Winarto ^^
sahabat, minta saran dan kritiknya yaaaaaaaaa ^^
to Inuel & Anyin :
makasi adek2ku cayank buat semangatnya
to Arai :
makasi yah Pa... doakan menang ^^