Tanggal 9 April kemaren Baby Zi resmi berusia 6 bulan, dan memulai makan Makanan Pendamping ASI (MPASI). Sebenernya emaknya nggak sabarnya udah mulai dari awal bulan, tapi kudu nahan diri... pokoknya harus 6 bulan pas ASI Eksklusifnya!! Jadi emaknya juga Baby Zi layak dikatakan lulus S1 :)) hebatkan kecil-kecil dah lulus S1. Semoga bisa sampe S2 (program ASIX 1thn) dan harus bisa S3 (program ASIX 2thn).
Sebenernya emaknya ini udah mulai dari Baby Zi 4 bulan mulai cari tahu tentang MPASI... jadinya udah kebayang sie apa aja yang akan pertama dikasih. Tapi tetep aja ya... ada sedikit rasa was-was... takut kalo Baby Zi nggak doyan atau susah ntar makannya, atau gimana ntar kalo efek ke pencernaan Baby Zi ternyata nggak baik >,<
Tapi bertekad, jalani aja dulu dan siap tanya sana sini (khususnya ke dokter sie, biar nggak makin salah) kalau ada sesuatu yang kurang sreg di hati. Jadi mendekati hari H, udah mulai siapin semua peralatan tempur. :) Mulai cari tempat beli buah yang bagus... yang buahnya seger, soalnya kadang beli di swalayan juga nggak menjamin buah itu fresh kan.. mending di pasar tradisional, bisa nawar pula hihihi :)
Dan alhamdulillah semua berjalan lancar, walau awalnya terasa ribet atau lebih tepatnya meribetkan diri sendiri ^^ Setelah mengenalkan 2 macam buah selama 6 hari kemarin, yaitu pisang dan pepaya... ternyata baby Zi lebih lahap makan pisang daripada pepaya. Kaya' emaknya hahahaha ^^
Monday, April 16, 2012
Monday, April 2, 2012
[Rangkai kata] Mimpi!
Tetiba memimpikannya!
Terbangun dengan perasaan aneh hanya karena sebuah mimpi. Sebenarnya mimpi bukanlah sebuah hal yang aneh, walau tidak setiap kali tidur saya bermimpi, tapi... ya sekali dua kali saya pernah bermimpi.
Tapi pagi tadi saat udara dingin coba membangunkan dengan menyusup disela-sela pembungkus tubuh dan menggelitik pori-pori, saya terbangun dengan perasaan yang aneh. Aneh karena saya memimpikannya.
Ya, dia yang bahkan mungkin tidak akan hadir dalam ingatan saya pagi ini jika bukan karena mimpi itu. Dia, yang seiring berjalannya waktu mampu saya letakkan diujung lipatan memori yang memungkinkannya untuk tidak tersentuh sekali saja. Tetapi, mimpi itu... entahlah seakan mendorongnya keluar tanpa bisa saya cegah.
Gigil tubuh karena udara dingin memaksa saya untuk bangun, juga memberi kesempatan saya untuk menyisihkan memori tentangnya juga tentang mimpi itu. Berharap, dalam waktu yang singkat mimpi itu akan terlupa dan ingatan tentang dia kembali pada tempatnya semula, tak terjangkau... kecuali saya memang ingin menjangkaunya.
Namun ternyata harapan itu belum menemukan nyatanya, karena ketika semua kerja sudah terselesaikan dan sendiri menjadi saat yang menenangkan, kini mimpi itu ikut menemani bersama dengan memori yang seakan mau tak mau mengikuti.
Hingga seorang teman berkata, mungkin tanpa disadari... kamu merindukannya!
Deg! Detak jantung seakan berhenti seper sekian saat. Merindukannya?
Bagaimana mungkin aku merindukan orang yang terlupa seiring berjalannya waktu.
Atau ternyata kemarin, aku hanya pura-pura lupa hingga mimpi itu seakan melepas topeng kepuraanku.
Ah... dia. Yang seharusnya tak lagi ada dalam bilik rinduku. Tapi saya, juga tak dapat mengatur mimpi, kan?
Subscribe to:
Posts (Atom)