Pages

Saturday, February 25, 2012

Tanpa Nama ^^

dia hadir
sekejap
menggunakan tanpa nama

tapi aku tahu itu dirinya
walau kadang masih ragu
tapi ada keyakinan tersendiri,
itu dia!

setidaknya,
aku hanya ingin berucap,
terima kasih ^^

erm...
dan juga...
aku kangen :">

Monday, February 20, 2012

Hadiah Istimewa untuk Budhe


Hadiah Istimewa untuk Budhe

“Diam!”
“Kenapa kamu tiba-tiba membentak!”
“Karena kamu...” ada nada geram yang ditahan oleh Aria, namun kalimat itu benar-benar menggantung tak terselesaikan.
“Aku… aku kenapa? Bukankah dari tadi kamu yang selalu membuat masalah!” Amarahpun tak lagi dapat ditahan oleh Alea.
Aria langsung melangkah keluar kamar.
“Permasalahan kita belum selesai!” Teriak Alea merasa tidak terima karena Aria meninggalkannya begitu saja.
Ketika Aria berada di dapur, ia langsung menuju ke kulkas, mengambil air putih, setelah menuangkannya dalam gelas ia meneguknya perlahan, seakan dengan demikian air putih dingin itu juga akan mendinginkan otaknya.
“Ada apa toh Le?”
Tanpa di sadari Aria, budhe sudah berdiri di ambang pintu.
“Nggak ada apa-apa budhe, masalah biasa.”
“Selesaikan baik-baik toh, tak perlu saling membentak.” Nasihat budhe pada Aria.
“Sudahlah budhe.” Ujar Aria acuh.
“Tapi, Le…”
“Bukan salah saya budhe! Dia itu yang selalu mencari masalah.” Tiba-tiba Alea memotong ucapan budhe.
“Kamu itu yang tidak pengertian!” Suara Aria kembali meninggi.
“Tuh kan Budhe!” Alea berusaha meminta bantuan pada budhe.
“Sudah toh kalian ini, seperti anak kecil saja. Dibicarakan baik-baik, sebenarnya apa yang kalian ributkan?” Tanya budhe yang kemudian duduk di kursi yang ada di dapur. Melipat tangan di dada, dan memandang bergantian pada Aria dan Alea.
“Kamu aja yang cerita!” Seru Alea pada Aria.
“Kok aku, kamu aja!”
“Sudah, sudah… Ayo Aria kamu yang cerita, kalian ini meributkan apa.”
Sebelum menceritakan apa yang mereka ributkan, Aria duduk di bangku yang ada di samping budhe.
“Ini budhe, kami sebenarnya masih bingung akan bagaimana. Erm… bingung hadiah apa yang ingin kami berikan untuk budhe.” Aria diam sejenak.
Budhe yang sedikit tak mengerti dengan kalimat Aria, mengangkat alis dan berkata, “Hadiah untuk budhe?”
Sebelum Aria menjawab, Alea langsung berujar, “Iya budhe, hari ini budhe berulang tahun kan?”
“Loh, terus kenapa sampai bertengkar. Budhe ini sudah tua, tak perlu lagi hadiah.” Budhe seperti salah tingkah mendapatkan penjelasan yang tak diduganya.
“Budhe sudah seperti orang tua kami, sejak bapak dan ibu meninggal, budhe lah yang selalu bersama Aria sampai akhirnya Aria menikahi Alea.”
“Iya, budhe. Kami bingung mau kasih budhe hadiah apa.”
“Lantas kenapa sampai bertengkar?”
“Karena… karena…” Aria masih terbata, sebelum akhirnya Alea kembali mengambil alih, “Karena saya pikir, cukup dengan memberi tahu budhe kalau sekarang Alea sedang mengandung, budhe pasti senang.”
“Apa?”
“Iya budhe, Alea mengandung.”
“Itu… itu sudah jadi hadiah istimewa untuk budhe…” Ujar budhe tak dapat membendung air mata, dan memeluk Aria dan Alea.

Thursday, February 16, 2012

Secangkir Kopi dan Bayangmu

"Pergi!"
Hanya satu kata dan itu sudah membuat aku tak bisa berbuat apa-apa. Yang kurasakan hanya sesak yang tiba-tiba menghimpit dada. Salah apa aku? Pertanyaan itu hanya tersimpan rapi di sudut pikiranku, entah mengapa lidahku terasa kelu untuk mengucapkannya.
Aku masih bingung apakah menuruti kata-katamu atau tetap bertahan di sini. Ada rasa takut tapi rasa ingin tetap menemanimu begitu kuat. Hingga akhirnya aku hanya terdiam, mematung di ambang pintu kamarmu, masih memegang secangkir kopi yang tadinya ingin kuberikan untukmu.
“Ngapain masih di situ, aku bilang pergi!!”
Kamu kembali membentakku, kamu berubah. Sikap manismu yang selama ini menemani hari-hariku seakan tak pernah kamu miliki.Secepat ini kamu berubah. Rasa sakit hati mulai meraja, walau aku berusaha sebisa mungkin memaklumi sikapmu. Tapi, bisakah aku bertahan jika kamu terus seperti ini?
“Aku sayang kamu Mung.” Kataku, nyaris berbisik.
“Sudah lah Li. Kalau kamu memang sayang aku, pergilah.” Kalimat terakhirmu tak lagi ada nada amarah, tetapi ada nada sinis dan juga putus asa.
“Baiklah.” Gumamku, kemudian berbalik dan meninggalkanmu sendiri.
***
Secangkir kopi hitam sudah terhidang, aromanya yang pekat menguar persama kepulan uap panas. Sejenak kunikmati bayangmu yang hadir. Kusesap sedikit demi sedikit kopi hitam dalam cangkir pemberianmu itu, dan bayangmu seolah menjadi nyata.
Sudah hampir satu tahun sejak kejadian itu, dan itu adalah kali terakhir aku melihatnya. Jangan tanyakan tentang rasa rindu, tapi ketika ingin menemuimu ada rasa yang entah mengapa membuatku selalu mengurungkan niatku. Memandangmu dari jauh, itu sudah cukup bagiku.
Hingga sejak dua bulan yang lalu, aku tak bisa menemukanmu di tempat biasa aku melihatmu. Biasanya kamu duduk di sebuah taman menghabiskan waktumu menunggu senja datang sambil membaca buku. Sedang aku mengawasimu dari sebuah warung tenda di seberang taman.
Sampai hari ini, entah mengapa aku masih menunggumu di sini, dan aku tetap tak menemukanmu. Mengapa kamu tiba-tiba menghilang?
Sebuah pesan masuk ke ponselku.
Mung, kamu dimana? Masih menunggu Liana?
Anton, sahabatku yang mengirimkan pesan itu, tak menunggu lama aku langsung menelponnya.
“Kenapa Ton, kamu sudah menemukan dimana Liana?”
“Udah Mung, tapi…”
Jeda cukup lama, Anton seperti enggan mengatakan apa yang ia ketahui padaku.
“Tapi apa Ton, kasih tau aku!”
Rasa penasaran akan keadaan Liana membuatku tak bisa menahan emosiku.
“Liana udah nggak ada Mung. Dua bulan lalu Liana kecelakaan dan koma, hingga sebulan lalu ia tidak bisa bertahan dan meninggal.”
Ponselku terlepas begitu saja dari tanganku. Kepulan uap kopi dalam cangkir dihadapanku seakan kembali menghadirkan semua kenangan bersama Liana. Hingga saat aku mengusirnya.
Tanpa bisa kucegah air mata luruh begitu saja mendapati satu lagi kenyataan pahit dalam hidupku. Setelah satu tahun yang lalu ketika aku mengetahui bahwa Liana adalah saudaraku, satu ayah tetapi beda ibu. Ayah Liana adalah ayahku yang telah meninggalkan aku dan ibuku saat usiaku masih 2 tahun. Sebuah kenyataan yang aku simpan sendiri, hingga aku harus mengusirnya dari hidupku tanpa mampu menjelaskan alasan sikapku itu.
***
Mohon saran dan kritik ^^

Tuesday, February 14, 2012

Cinta



aku... bukan penganut cinta harus memiliki
juga bukan penganut cinta tak harus memiliki
lalu?


bagiku, aku mencintaimu dan aku akan berjuang untuk cintaku itu
tak perlu alasan mengapa aku mencintaimu
aku hanya berjuang untuk cintaku, hingga...
pada titik dimana aku merasa cukup!

hingga walau akhirnya tak memiliki
aku bersyukur memiliki cinta itu

karena sebuah paksaan atau keterpaksaan
membuat cinta itu tak lagi indah :)

jika akhirnya aku bisa bersama ia yang ku cinta,
aku bersyukur karena bisa memiliki kamu yang aku cintai
dan berharap semua yang terbaik untuk kita

jika toh akhirnya aku tak bisa bersama ia yang ku cintai
aku bersyukur karena bisa memiliki rasa cinta yang mungkin akan tetap tersimpan
dan berharap untuk bahagiamu, dan juga bahagiaku :)

Friday, February 3, 2012

Hanya ingin bertanya.

Masih ingat dengan posting tentang buku gratisan berjudul Fantasy Fiesta 2011. Aku sudah membaca, tapi belum selesai. Masih kurang erm 28% lah. Awal pertama baca buku ini, judul pertama dan kedua agak bingung juga... "kok ceritanya begini yah?"

Aku masih bingung tentang bagaimana sie harusnya cerita fantasi itu.

Kok yang ada di buku itu, setidaknya awalnya, tidak seperti bayanganku.

Jadi aku ingin bertanya disini, kalau sahabat mendapati kata "Cerita Fantasi" pada sebuah buku apa yang sahabat nara blog harapkan dari buku tersebut? Cerita-cerita seperti apa yang sahabat bayangkan?

Untuk review buku "Fantasy Fiesta 2011" nanti aku posting tanggal 13 Februari, posting bersama sahabat BBI :)

Jadi apa jawaban sahabat? ^^

Wednesday, February 1, 2012

Merangkum Kisah Bersamamu

“Halo, Siapa Namamu?”

Semua berawal dari kalimat itu, perkenalanku denganmu. Aku masih ingat bagaimana akhirnya kita bisa dekat. Sekedar obrolan biasa, tentang hobi kita yang sama, membaca. Aku langsung jatuh hati padamu, karena kecerdasanmu, juga senyum manismu.

Setiap berada dekatmu, entah mengapa jantungku seolah tak henti bergemuruh. Dag Dig Dug! Kamu selalu berhasil membuatku tak dapat berpikir panjang, seperti suatu hari, tiba-tiba kamu bertanya. “Menurutmu, aku ini bagaimana?” Kamu manis, kataku. Kamu tertawa mendengarnya. “Ah… dengan kalimat sesingkat itu, kamu bisa membuatku berbunga-bunga.” Mungkin kamu mengira aku sedang bercanda.

Aku sangat suka senyummu, hingga tak ingin senyum itu terhapus dari wajahmu. Tapi hari itu kudapati kamu menangis. Aku maunya kamu, titik! Ah, rupanya kamu sedang bertengkar dengan seseorang di ujung telephone. Ingin rasanya aku menghapus air matamu, tapi mendengar ucapanmu itu, ada perih tersendiri yang aku rasakan di sudut hatiku.

Beberapa kali aku mendapatimu murung. Aku ingin sekali memintamu, jadilah milikku, mau? Tapi, ada ketakutan tersendiri dibilik hatiku, jika karena pertanyaanku itu justru membuatmu jauh dariku. Karena masih ku dapati ada dia di matamu.

Beberapa kali aku ingin mengutarakan apa yang aku rasakan terhadapmu, mencoba menepis rasa takutku. Kadang terpikir untuk mengirimimu surat. Hingga saat ku dapati kamu sedang membaca sepucuk surat. Sepucuk surat bukan dariku, karena semua surat yang ku siapkan untukmu hanya berakhir di dalam laci mejaku.

Sejak menerima surat itu, kamu seperti menarik diri dariku. Sempat aku ingin berteriak, aku benci kamu hari ini! Kamu tak membalas semua pesan dariku, SMS, BBM, email, bahkan jejaring sosialmu semua updatenya terhenti disatu tanggal yang sama. Ingin menemuimu langsung, tapi bagaimana caranya jika semua pesanku tak pernah kamu balas. Dari rasa marah, hingga akhirnya aku khawatir terjadi sesuatu padamu.

Sejak tak ada kabar darimu, aku seperti orang ling lung. Ya… inilah aku tanpamu. Tak tahu harus melakukan apa, yang kuinginkan hanya mendapatkan kabar darimu. Itu saja.

Aku ingat hari itu, saat senja mulai bergulir setelah lama tak bertemu denganmu, tiba-tiba kamu berdiri dihadapanku, sambil tersenyum. Rasa rindu membuatku tak dapat menahan diri untuk berlari dan memelukmu.

Aku sendiri terkesima dengan apa yang aku lakukan, semoga kamu tak marah. Hanya itu doaku. Tetapi kamu hanya tertawa. “Apakah kamu merindukanku?” Tanyamu setelah tawamu mereda.  Dan aku hanya bisa tersenyum. Tersenyum untukmu yang lucu, ya… kamu tampak lucu dengan pertanyaanmu itu.

Semua tentangmu yang selalu manis, tak akan ku biarkan lepas dariku lagi. Apa yang terjadi membuat rasa rindu menyesaki relung hatiku, dan aku selalu merasa merindumu itu seru. Aku masih ingat bagaimana kamu pernah berkata bahwa odol saja bisa jatuh cinta. Kalau odol lagi jatuh cinta ia akan selalu menjaga gigi geligi, ya seperti yang aku inginkan. Aku ingin selalu menjagamu.

Kehilanganmu, kupastikan ini bukan judul terakhir dari kisahku bersamamu. Kini aku tak akan membuang waktuku, aku ingin menghilangkan semua awan hitam yang coba menyelimutimu menggantinya dengan dekap kehangatan kasih. Ijinkan aku… ijinkan aku untuk meminta padamu. Menikahlah denganku?

Dan aku berjanji, nanti… dari kata SAH! menggema, aku akan selalu menyayangimu dan melindungimu, hingga nanti hanya ajal yang akan memisahkan kita.

***

Teruntuk @WangiMS dan @momo_DM untuk 16 Judul di 15 Hari yang seru! ^^