Akhir-akhir ini semangat menulis sedikit menurun >,< dan seperti selalu tak ada ide apa yang ingin diceritakan melalui blog ini. Kadang buka-buka lagi tulisan lama, ingin menuliskan hal yang serupa tetapi kemudian berhenti sebelum memulai ^^
Jadi beberapa posting terakhir ini isinya cuman tentang hal-hal yang aku dapet dari buku yang aku baca yang juga udah aku review di Bacaan Inge, atau dari film-film lawas yang aku tonton ulang. Pengen buat review film, tp nggak jadi karena ngerasa sepertinya nggak akan bagus >,<
Seperti posting sebelumnya, kali ini dari film lama yang aku tonton sekali lagi ^^ Judul filmnya Fame (Dream It, Earn It, Life It) dari bintang-bintang yang memerankan sepertinya pernah nonton di beberapa film sejenis tapi kurang begitu terkenal :)
Film Fame ini aku suka karena ada tentang tariannya. Yup, nggak tau kenapa dari dulu aku paling suka dengan film yang ada unsur tarian, nyanyian, atau olahraga... seperti berbau kometisi gitu ^^
Disini digambarkan dari awal tentang remaja-remaja yang ingin masuk ke sekolah seni, ada tari, drama, musik... kemudian bagaimana mereka melewati pendidikan dari junior, senior hingga akhirnya lulus. :)
Tapi yang aku ingin aku bahas dari film ini bukan tentang filmnya secara keseluruhan tetapi dari penggal adegan di bagian awal film. Ketika Jenny akan test untuk masuk dan harus melakukan monolog. Nah isi monolog yang dilakukan Jenny ini yang menarik buatku. ^^
Ini monolognya :
My theory is that when parents get divorced, they're given some kind of a handout. When my parents told me that they were splitting, they told me three things. One, "It's not your fault." Two, "It's not your fault." and Three, "It's not your fault."
Problem is, I don't buy it. No kid does.
I've seen the pictures of when you got married, when you were good-looking, and you smiled at each other, when you even just looked at each other. So what happened between then and now? Me.
I came along, and I made you tired and cranky and anxious and I made you lose your hair and gain 20 extra pounds and somewhere in all of that, you stopped loving each other.
So I have my own idea for a handout.
Next time tell me, "One, happiness is hard. Two, don't make the same mistakes we did. And three, okay, so maybe it is your fault a little."
You want me to be honest? You go first.
Pengen nerjemahin ke bahasa Indonesia, hikz tapi apa daya setiap coba nerjemahin ada bagian yang nggak menemukan kata yang pas >,<
Aku suka monolog itu, walau mungkin penggambarannya sedikit berbeda... tapi kadang satu hal yang mungkin sering kali terjadi di perjalanan kita.
Kita mungkin pernah sekali atau dua kali bersinggungan dengan orang lain, tapi akhirnya berkata... "itu bukan salahmu kok" tapi entah mengapa dari semua nyata sikap yang kita tunjukkan tidak sesuai dengan apa yang kita ucapkan tadi. Atau mungkin kadang kita meminta orang lain untuk jujur pada diri kita tetapi disatu sisi kita sendiri yang sering menyangkal sesuatu yang terjadi pada diri kita, bahwa kita tidak jujur pada diri kita sendiri. ^^
Satu adegan lagi yang aku suka dari film ini, adalah saat peran Marco nyanyi ^^
enaaaaaak banget >,< terus cakep pula #eh? he he he... ^^
Banyak hal sie bisa didapet dari film ini, walau nggak terkenal dan mungkin ada yang bilang tidak terlalu bagus juga ^^ tapi tetep walau tidak terlalu bagus asal bisa mengambil pelajaran yang ada maka film ini tidak lah sia-sia untuk ditonton :)
Atau mungkin kadang kita meminta orang lain untuk jujur pada diri kita tetapi disatu sisi kita sendiri yang sering menyangkal sesuatu yang terjadi pada diri kita, bahwa kita tidak jujur pada diri kita sendiri.=> ini rasanya begitu dekat dengan kita.
ReplyDeletekita kalau nonton film, pilihan pertama apa? judulnya? bintang filmnya?
ReplyDeletetujuan akhir sama, nilai yg terkandung didalam film tersebut.
kayaknya bisa juga bikin blog khusus review film jeng, asal ga keteteran aja ya...
ReplyDeletetulisannya bagus koq. :)
berarti mbak inge suka pelm india juga dong...kan banyak tari2an sama nyanyi2 tuh :p
ReplyDeletesusah berkata jujur ya :D
ReplyDeletechika juga suka kalo film yang ada unsur kompetisinya
kita yang nonton jadi ikut gregetan
belon pernah nonton.. gak tau juga siapa sutradaranya..
ReplyDeletetapi kalo menurut inge bagus, yaa bisa jadi referensi sih.
yupz.. jujur pada diri sendiri dulu, berikutnya pasti mengalir seperti air, juga jujur dalam semua hal! Thanks Inge
ReplyDeleteJadi banyak tau film juga dari sini, coz saya jarang banget nonton film. Kecuali di Tv :P
ReplyDeletesetiap nonton film, seringnya ketiduran, makanya jarang sekali nonton film di bioskop,habis kudu bayar sih. Lho, masalahnya ketiduran apa nda mau bayar? 2-2 nya. hehehehe...
ReplyDeleteSaya suka sekali postingan ini, kalo kita nggak bisa jujur kepada diri kita sendiri, gimana kita jujur ma jujur ma orang lain, jujur pada hati sama esensinya jujur di hadapan Tuhan
ReplyDeletejujur pada diri sendiri adalah mengakui semuanya benar2 ketika nurani kita berteriak tanpa ditambah dengan pembenaran apapun. pada saat itulah kita diuji, benarkah kita mampu bersikap sesuai nurani kita tadi?? perjalanan hidup akan menuntun kita bertindak sesuai nurani meski nurani berseberangan dg keinginan kita.
ReplyDeletejujur pada diri sendiri agak mudah, jujur pada orang lain tu yang sulit
ReplyDeletesuka juga sama monolognya.. :)
ReplyDeletedan bener, kadang tuh emang (pribadi) pengen bilang "Ini tuh salah lo jugaaa!!" tapi mulut tetep aja bilang "Bukan salah lo kok" meskipun bahasa tubuh ngga bakal bohong.
selamat hari jumat, non :)
pekerjaan yang justru paling susah ialah jujur pada diri sendiri Nge,, hehhe...
ReplyDeleteeh, bagus kok resensi film,, ayo.. wujudkan kepengenan resensinya... :)
Mau liat filmnya deh..,
ReplyDelete