Pages

Thursday, April 21, 2011

Fiksi.

Beberapa waktu belakangan, setelah mencetak sebuah buku dengan nama aku sebagai pengarang... entah kenapa justru kegiatan tulis menulis ku sedikit berkurang, dan lebih sering memang baca buku. Liat aja beberapa bulan terakhir, jumlah postingan seperti menurun dengan drastis -_-"

Tapi bukan berarti aku memutuskan berhenti menulis, oh tentu tidak. Karena membaca dan menulis seperti satu hobi yang nggak mungkin lepas dari aku, kecuali kemampuanku untuk itu mau tak mau diambil yang punya yah, semoga tidak he he...

Dan tentang menulis cerpen, aku masih sesekali menulis tapi entah kenapa kebanyakan seperti tidak selesai >,< tapi akhir-akhir ini alhamdulillah udah mulai sering nulis sampai rampung... sapa tau bisa jadi buku kedua yah ^^

Dan ini salah satu fiksi yang rampung itu, idenya dari sebuah percakapan dan lagu yang lagi sering aku dengarkan. Belum ada judul, ada ide sahabat?

*** *** *** *** *** ***

“Adakah cinta yang benar-benar tulus?”

Pertanyaan itu tiba-tiba saja meluncur dari mulut seorang teman yang sejak ia datang kerumah dan memasuki kamarku, langsung tidur disampingku, dan kemudian hanya diam. Aku yang sudah biasa dengan kelakuannya ini akhirnya hanya melanjutkan aktivitas membacaku. Dan setelah dia bertanya dan kembali hanya diam, aku cuman bisa bengong, dan menurunkan buku yang sedang aku baca.

“Kamu sudah baca bagian ‘Malaikat Juga Tahu’ kan?”

Yah waktu itu sedang membaca buku Dewi “Dee” Lestari, Rectoverso, untuk kesekian kalinya. “Sudah, tapi aku lebih suka yang ‘Hanya Isyarat’ dan ‘Firasat’, walau secara keseluruhan memang menarik. Lantas apa hubungannya dengan pertanyaanmu tadi?”

“Ya, dari berbagai cerita entah itu film, buku, atau sekedar cerita pasti cinta yang benar-benar tulus sepertinya datang dari orang yang kita anggap tidak sempurna.”

“Maksud kamu?”

“Hmmm. Kamu pernah nonton film I am Sam, kan? Dan pasti juga masih ingat cerita ‘Malaikat Juga Tahu’ dibuku itu.” katanya sambil memandang buku yang sedang aku pegang, sebelum aku sempat berkomentar ia berkata lagi, “Dua kisah yang sedikit berbeda, tetapi punya makna yang serupa. Mereka yang kita anggap tidak ‘sempurna’, bisa memiliki ketulusan cinta yang begitu dalam, yang biasa kita cari pada orang yang ‘sempurna’, dan ketika kita mencari pada orang yang ‘sempurna’ sering kali yang kita dapati adalah kekecewaan.”

Ah, aku mengerti sekarang. Gadis dihadapanku ini memang sedang mengalami kekecewaan, ditinggalkan oleh kekasihnya yang telah memberi dia harapan begitu besar. Tetapi ternyata ujung perjalanan mereka, hanya ada torehan luka yang dalam bagi dia. Sudah hampir satu tahun, walau kini dia tampak lebih baik daripada awal-awal dia mengalami kekecewaan itu tapi aku tau, dia masih belum benar-benar bisa melupakan apa yang ia alami. Mungkin juga ia takkan bisa melupakannya, entahlah.

“Hmmm… mungkin benar apa yang kamu bilang, tapi bukan berarti kita akan selalu menemui kekecewaan seperti itu. Kadang mungkin orang yang ‘sempurna’ lebih mampu menutupi betapa tulus cinta yang ia punya.” Sebenarnya aku setuju dengan apa yang diucapkannya tetapi aku juga tak ingin ia begitu pesimis memandang cinta.

Kami kembali diam, seperti sibuk dengan pikiran kami masing-masing. Entah apa yang ada dipikirannya, sedang aku sedikit berpikir bagaimana memberi ia optimisme tentang cinta, sedang kadang aku sendiripun merasa pesimis tentang mencari ketulusan itu. Apakah ada orang yang akan memberikan cintanya padaku, sebesar cinta yang aku berikan? Sedang kata orang, cinta yang tulus tidaklah mengharapkan balasan. Benarkah aku sendiri tak memiliki ketulusan cinta?

“Kamu pernah dengar? Orang buta kadang lebih bisa melihat segalanya daripada mereka yang bisa melihat. Karena mereka melihat dengan hati. Orang yang tuli kadang lebih bisa menerima segala hal dengan mudah, karena mereka bisa menyaring apa yang ingin mereka tahu tanpa harus peduli dengan omongan yang tidak baik. Orang bisu, mereka akan menjadi pendengar yang baik, dan melakukan segala hal tanpa banyak bicara dan lebih baik daripada kita yang kadang lebih banyak bicara daripada bertindak. Dan orang autis, mereka lebih memiliki ketulusan cinta walau mungkin mereka tak mampu mengungkapkannya secara terang-terangan. Apakah kita harus tidak sempurna untuk dapat menjadi lebih baik?”

Ini yang aku senang jika sedang berada didekatnya, kadang ia melontarkan pertanyaan atau pernyataan yang diluar dugaan, yang kadang tidak terpikirkan.

“Hmmm… mungkin bukan begitu bekerjanya. Mungkin itulah keistimewaan mereka. Membuat kita yang merasa ‘sempurna’ ini kembali melihat kesempurnaan kita. Benarkah kita ‘sempurna’? Kita akan menyadari bahwa tidak, kita tidak ‘sempurna’ walau kita terlihat ‘sempurna’ dibanding mereka. Itu lah istimewanya mereka, kita bisa belajar dari keistimewaan mereka.”

“Dan, tentang cinta…..” kali ini kalimatnya terasa begitu menggantung, entah ia ingin bertanya atau ingin memberikan satu lagi pernyataan.

Beberapa saat aku menunggunya melanjutkan kalimatnya, tetapi ia hanya diam.

“Tentang cinta, jika tentang cinta yang universal mungkin akan kita dapati banyak contoh cinta yang tulus. Ibu terhadap anaknya, itu satu kepastian. Tetapi tentang cinta sepasang anak manusia, aku hanya yakin, ALLAH pasti berikan kita pasangan yang akan mencintai kita dengan tulus.” Itu yang langsung terlintas dibenakku saat ia akhirnya memang hanya diam.

Aku mendengar helahan nafasnya yang panjang, sebelum akhirnya ia berucap, “Ya, dan kadang kita tak dapat melihat itu hanya karena cinta itu datang bukan dari orang yang kita inginkan, dan orang yang kita inginkan adalah orang yang telah mengecewakan kita.”

Sekali lagi aku hanya bisa terhenyak dengan kalimat terakhirnya. Karena ya, akupun pernah merasakannya. Banyak cinta yang ditawarkan, tetapi bukan itu yang dimau, hanya cinta satu orang yang aku mau, ia yang telah melukai aku tapi tak mampu menghapus rasa cintaku padanya.

Benarkah, kita terlalu sering melihat pintu yang tertutup hingga kita tak mampu melihat ada pintu lain yang terbuka untuk kita?

*** *** *** *** *** *** 

Tentang giveaway "kita berbagi" ada yang minta untuk ditambahin waktunya.... dikasih nggak yaaaaaa.... #mikirtingkattinggi

4 comments:

  1. Terkadang kita fokus terhadap orang yang kita cintai tapi belum tentu dia mencintai kita. Tanpa kita sadari ada orang yang benar2 tulus mencintai kita malah kita abaikan

    ReplyDelete
  2. seperti titik hitam di atas kertas putih, yg kita lihat hanya titik hitam, tidak melihat sisi putih kertas tersebut. hehehehe (sok bijak)

    ReplyDelete
  3. Hmm...
    *sedang mencari pintu lain yang sedang terbuka*
    hehe..

    ReplyDelete

makaci udah mampir di CyBer dReaM bOx
berbagi yukz, lewat komentar ^^
*moderasi dulu yah :p*
happy blogging ^^

no SPAM yak >.<

have a nice day everydaaaaaay ^^