Jadi Milikku, Mau?
Malam itu, disalah satu sudut café, kita menghabiskan malam hanya dengan menikmati kopi hitam sambil menyaksikan life music yang disuguhkan. Kamu memelukku dan aku hanya terdiam terpaku.
“Kamu sedikit berubah akhir-akhir ini, kenapa?” Tanyamu sambil mengecup dahiku.
“Ah… gak apa-apa. Biasa masalah pekerjaan.” Ujarku, kaku.
“Kamu jangan terlalu memikirkan pekerjaanmu say, jika kamu jadi milikku sepenuhnya nanti, menurutku kamu tak perlu lagi bekerja.”
“Maksudmu?” Tanyaku, sedikit kaget, setelah mencerna kalimatnya beberapa saat.
“Jadilah milikku, mau?” tanyamu sambil mempererat pelukanmu.
***
Pertanyaanmu semalam masih terus terngiang ditelingaku.
“Jadilah milikku, mau?”
Sejak kamu mengantarku pulang, sampai sepagi ini aku tak dapat memejamkan mataku. Semua rentetan kebersamaan kita memenuhi seluruh waktuku. Pertemuan kita, berawal dari pertemanan yang akhirnya membuat kita memiliki perasaan yang lebih, satu sama lain. Perbincangan yang penuh dengan candaan, walau juga terkadang ada sedikit perdebatan diantara kita, tapi dari situ aku merasa kita bisa saling mengerti. Segala bentuk perhatian yang kamu berikan membuatku merasa istimewa, dan manjamu yang seakan haus akan perhatianku membuatku merasa begitu dibutuhkan.
Dentang jam yang menunjukkan pukul empat membuatku terhenyak dari lamunanku. Menimang cincin yang kamu berikan, tapi aku belum memberikan jawabanku padamu. Aku tahu ada keterkejutan saat aku meminta waktu untuk menjawab pertanyaanmu itu. Karena kamupun pasti paham, bahwa itulah yang kuinginkan selama ini.
“Jadilah milikku, mau?”
Ah, seandainya pertanyaan itu kamu tanyakan seminggu yang lalu. Aku pasti akan langsung menjawab MAU!!
Seandainya seminggu yang lalu aku tidak bertemu dengannya. Seseorang yang berhasil mengganggu pikiranku seminggu ini. Seminggu yang terasa begitu panjang bagiku semenjak berbincang dengannya pertama kali.
Aku tak hanya menemuinya sekali. Beberapa kali bertemu, menghabiskan waktu makan siang bersama, membuatku mampu mengambil keputusan yang… entahlah… apakah akan kusesali nantinya. Selain itu, dia juga berhasil membuatku berjanji padanya. Berjanji untuk meninggalkanmu. Dan aku meminta waktu seminggu untuk itu.
Ya, seminggu. Dan waktu itu berakhir semalam saat kamu memberiku pertanyaan itu.
Aku mengambil kotak dari cincin yang kamu berikan, memasukkan cincin itu dan nanti akan kukirimkan kembali padamu. Tidak, aku tidak mau menjadi milikmu. Aku tidak mau, karena seminggu yang lalu ada seorang perempuan dengan perutnya yang membuncit berkata padaku bahwa ia adalah istrimu dan sedang mengandung anakmu. Dan untuk meyakinkanku, ia menunjukkan surat nikahnya, dimana ada namamu dan namanya tertera disana.
--------------
*menerima kritik dan saran*
Jumlah kata : 367 Kata ^^
emang ini ada event ap mbak?
ReplyDeletepermainan seru di twitter yg digagas oleh @WangiMS dan @momo_DM
Deleteinfo linknya ada di judul posting #15HariNgeblogFF day2
pedih banget...:'(
ReplyDeleteendingnya twisted :D
ReplyDeleteEaa... jadi dejavu, serasa ada yang pernah berkata seperti itu padaku. Hehe...
ReplyDeleteHarus ada unsur kejutan pada FF ya... dan aku belum pandai bikin kek gitu. Keren, Nge. :)
waduuh.... :( semoga ini cerita fiktif belaka...
ReplyDelete